
Kabul Diserang Mortir, Pompeo Bertemu Taliban di Qatar

Jakarta, CNBC Indonesia - Mortir menghantam wilayah pemukiman ibu kota Afghanistan Kabul, beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengadakan pertemuan terakhirnya dengan Taliban dan negosiator pemerintah Afghanistan yang mencoba menyelesaikan kesepakatan damai di Doha, Qatar.
Dilansir dari Associated Press (AP), serangan yang menewaskan delapan orang pada Sabtu (21/11/2020) itu dilakukan oleh ISIS. Serangan itu juga melukai 31 orang lainnya.
Afiliasi ISIS di Afghanistan mengeluarkan pernyataan yang mengklaim serangan yang menargetkan Zona Hijau di Kabul, yang menampung kedutaan asing, istana presiden dan kompleks militer Afghanistan, menurut SITE Intelligence Group.
Serangan itu terjadi ketika pembicaraan damai sedang berlangsung di Qatar, dimana Pompeo mengatakan kepada negosiator pemerintah Afghanistan bahwa AS akan "duduk di pihak dan membantu di mana kami bisa" dalam negosiasi dengan militan Taliban. Sementara itu pejabat berwenang menyatakan bahwa Afghanistan dan Taliban telah menemukan titik temu untuk memajukan pembicaraan yang sempat buntu.
Dalam kesempatan itu Pompeo bertemu dengan salah satu pendiri Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, yang menandatangani perjanjian damai dengan Washington pada Februari menjelang apa yang disebut pembicaraan intra-Afghanistan. Juru bicara Taliban Mohammad Naeem tweeted bahwa pembebasan tahanan lebih lanjut dibahas dalam pertemuan tersebut, selain yang kedua belah pihak berkomitmen untuk menjelang pembicaraan damai berdasarkan kesepakatan AS.
Naeem juga menyerukan kembali tuntutan mereka agar para pemimpin mereka dikeluarkan dari daftar hitam PBB.
Rencana AS untuk menarik pasukannya itu telah memberikan warna kedamaian bagi Afghanistan. Washington mengumumkan akan menarik 2.500 tentara lagi sebelum pertengahan Januari, meninggalkan sekitar 2.000 tentara di Afghanistan sebagai bagian dari perang terpanjang yang dialami negeri paman sam.
Akhir-akhir ini AS menekankan pengurangan kekerasan, sementara pemerintah Afghanistan telah menuntut gencatan senjata. Taliban telah menolak, dengan mengatakan gencatan senjata akan menjadi bagian dari negosiasi. Selain itu sebelumnya ada banyak orang di dalam pemerintah Afghanistan yang ingin kesepakatan damai Februari dibatalkan. Presiden terpilih Joe Biden sebelumnya juga telah menganjurkan pasukan kecil berbasis intelijen di Afghanistan untuk fokus pada kontraterorisme.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wapres Afganistan Jadi Target Serangan Bom Bunuh Diri