
BI Sudah Turunkan Bunga Nih, Bisa Nggak RI Lepas dari Resesi?

"Surplus neraca perdagangan yang besar pada Oktober 2020 semakin membuat kami yakin bahwa: 1) tren penguatan rupiah sepertinya akan terjaga selama bulan ke depan; 2) BI akan punya opsi untuk menurunkan suku bunga acuan," lanjut riset Citi.
Dengan rupiah yang aman terkendali, BI jadi tidak punya beban jika ingin menurunkan suku bunga acuan. Penurunan suku bunga acuan juga diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di sisi permintaan.
Suku bunga rendah akan memancing rumah tangga untuk melakukan ekspansi. Mengutip laporan Survei Permintaan dan Penawaran Pembiayaan Perbankan edisi Oktober 2020, sebanyak 88,4% responden rumah tangga menyatakan tidak menambah utang atau kredit. Naik dibandingkan posisi bulan sebelumnya yaitu 86,9%.
Apa yang membuat rumah tangga ogah meminjam uang di bank? Jawaban paling banyak adalah tingkat suku bunga yaitu 29,6%. Naik dibandingkan posisi September yang sebesar 24,5%.
![]() |
Per September 2020, rata-rata suku bunga kredit konsumsi rupiah bank komersial adalah 11,1%. Turun 33 basis poin (bps) dibandingkan posisi awal tahun. Masih jauh dari penurunan suku bunga acuan yang mencapai 100 bps dalam periode yang sama.
Andai suku bunga bisa lebih rendah lagi, maka bukan tidak mungkin rumah tangga berani untuk mengakses pembiayaan perbankan untuk menambah konsumsi. Jangan lupa, konsumsi rumah tangga adalah penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi pengeluaran.
Oleh karena itu, sangat beralasan BI menurunkan suku bunga acuan. Ketika suku bunga acuan turun lebih agresif lagi, bank akan semakin terpacu untuk ikut memangkas suku bunga kredit. Konsumsi rumah tangga terdongrak, ekonomi terangkat, Indonesia bisa lepas dari resesi.
Semoga...
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)