
Hawa Reshuffle Makin Panas, Kapan Mau Dieksekusi Pak Jokowi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Hawa perombakan kabinet (reshuffle) semakin panas. Jajaran menteri Presiden Joko Widodo (Jokowi) seakan tak pernah berhenti membuat kepala negara jengkel bukan main.
Awal kejengkelan Jokowi membuncah, kala sidang kabinet paripurna pada Juni 2020 lalu. Para menteri dianggap masih saja bekerja dengan 'normal' kendati Indonesia tengah menghadapi masa krisis.
Saat menyampaikan pidatonya, Jokowi membuka dengan nada yang cukup tinggi. Kepala negara terlihat berang lantaran masih ada segelintir menteri yang bekerja secara biasa-biasa saja dalam situasi sekarang.
"Saya lihat masih banyak kita ini yang seperti biasa biasa saja. Saya jengkelnya disitu. Ini apa enggak punya perasaan? Suasana ini krisis," tegas Jokowi dengan nada tinggi.
![]() |
Jokowi mengaku geram karena jajarannya tidak sigap dalam menghadapi situasi krisis. Kepala negara bahkan meluapkan amarahnya lantaran kinerja pembantunya tidak membawa kemajuan yang signifikan.
"Tindakan-tindakan kita, keputusan kita, kebijakan kita, suasananya harus suasana krisis. Jangan kebijakan yang biasa-biasa saja menganggap ini sebuah kenormalan. Apa-apaan ini?," tegasnya.
"Hanya gara-gara urusan peraturan, urusan peraturan. Ini [harus] extraordinary. Saya harus ngomong apa adanya. Enggak ada progres yang signifikan, enggak ada," katanya.
Jokowi lantas melontarkan ancaman reshuffle di depan para menteri yang menghadiri sidang kabinet paripurna. Ini merupakan kali pertama Jokowi secara blak-blakan mengancam para menterinya di tahun pertama periode kedua pemerintahannya.
"Langkah extra ordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah pemerintah akan saya buka," katanya.
"Bisa saja, membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan," tegasnya.
Empat bulan berlalu sejak Jokowi mengutarakan ancaman reshuffle, kali ini kepala negara kembali angkat suara. Orang nomor satu di Indonesia ini sama sekali tidak menutup kemungkinan adanya reshuffle dalam waktu dekat.
"Bisa saja [reshuffle], Bisa saja minggu depan, bisa saja bulan depan, bisa saja tahun depan," kata Jokowi dalam program Rosi di Kompas TV.
Di mata Jokowi, susunan kabinet saat ini memang jauh lebih baik dibandingkan kabinet sebelumnya, terutama dalam hal kerja sama. Namun, ternyata masih ada menteri yang faktanya belum memenuhi ekspektasi kepala negara.
"Ada yang sudah [berani], ada yang belum. Berani itu tidak harus sangat, tapi yang penting berani itu berani eksekusi. Kebijakan yang memang sulit. Kebijakan itu yang kita butuhkan, ada ketegasan dan keberanian," katanya.
Jokowi sekaligus membantah persepsi yang mengatakan jika Presiden tidak memiliki kekuasaan dalam mengganti posisi menteri yang berasal dari partai politik, terutama partai pendukung itu tak berlaku baginya.
Sikap tegas Jokowi, juga berlaku bagi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri. "Ndak. Saya kira kalau memang tidak baik, saya akan bilang saya ganti. Saya masih, saya biasa bicara seperti itu," jelasnya.
BERSAMBUNG HALAMAN SELANJUTNYA >> SIGNAL RESHUFFLE MAKIN MENGUAT