Internasional

China Mulai Ngebor, Ini Fakta Harta Migas Laut China Selatan

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
17 November 2020 13:57
laut china selatan

Jakarta, CNBC Indonesia - China akan memulai proyek besar minyak dan gas (migas) di Laut China Selatan (LCS). Mengutip Asia Times Financial dari situs berita lokal Netease, perusahaan migas China telah menemukan ladang dengan 200 juta ton minyak dan 300 miliar ton gas.

Pengeboran pun akan dilakukan di ladang gas dalam waktu dekat. Ekstraksi akan dilakukan di rig China National Offshore Oil Corporation (CNOOC).

China juga disebut sudah menyelesaikan pembangunan platform penyimpanan (storage) di sana yang mampu menampung 53.000 ton migas. Storage ini akan digunakan Januari 2021 nanti.

Secara rinci, media itu menyebut pengeboran dilakukan di ladang Lingsui 17-2, sedalam 150 km di selatan Pulau Hainan. Diperkirakan terdapat miliaran meter kubik gas di sana.

Lingsui 17-2 sendiri diumumkan ditemukan di 2014. Ini menjadi berita utama di Tiongkok, karena ini adalah penemuan ladang gas laut dalam pertama di negara itu di LCS.

Selama beberapa dekade, perusahaan minyak dan gas percaya ada cadangan minyak besar-besaran yang belum dimanfaatkan di bawah laut. Beberapa perkiraan menyebutkan jumlah minyak dan gas bawah laut lebih banyak daripada Teluk di Timur Tengah. Tetapi hanya sedikit pengeboran dan produksi dilakukan karena perselisihan teritorial.

Maka tidak heran jika wilayah LCS menjadi perairan yang diperebutkan China dengan banyak negara. Di antaranya Vietnam, Taiwan, Filipina, dan Malaysia, terkadang Indonesia khusus Natuna.

HAL 2>>>

Menurut berbagai sumber yang ada kekayaan alam LCS termasuk cadangan migas yang besar, ikan hingga logam tanah jarang atau Rare Earth Element (REE) yang aplikasinya banyak untuk industri hilir berteknologi tinggi.

Council for Foreign Relations (CFR) menyatakan di LCS ada sekitar 900 triliun kaki kubik gas alam Sumber lain dari American Security Project menyebutkan bahwa cadangan gas di LCS mencapai 266 triliun kaki kubik dan menyumbang 60% - 70% dari total cadangan hidrokarbon teritori tersebut.

Tak hanya estimasi cadangan gas saja yang beragam, tetapi juga berlaku untuk cadangan minyak yang diperkirakan mencapai 7,7 miliar barel cadangan minyak di LCS.

Sementara estimasi lainnya memperkirakan jumlahnya mencapai 213 miliar barel atau hampir 80% dari cadangan minyak Arab Saudi, berdasarkan informasi tahun 2012.

Beralih ke komoditas pangan, LCS juga menyimpan kekayaan ikan yang tak ternilai. Pada 2012, Departemen Lingkungan dan Sumber Daya Alam Filipina menyebutkan bahwa LCS memiliki sepertiga dari total keanekaragaman laut di dunia yang berkontribusi terhadap 10% dari total tangkapan ikan di planet bumi.

Beberapa komoditas perikanan laut yang terkandung di dalam LCS seperti ikan layur, makarel, scraper hitam, teri, udang, kepiting hingga ikan kecil lainnya.

Selain kaya akan sumber daya alamnya, LCS juga berada di jalur perdagangan strategis yang dilalui oleh kapal tanker pengangkut minyak. Menurut CFR, 50% dari total kapal tanker pengangkut minyak global melewati LCS.

Jumlah kapal tanker pengangkut minyak yang melalui LCS 3 kali lebih banyak dari Terusan Suez dan lebih dari lima kali Terusan Panama. Lebih dari setengah dari 10 pelabuhan pengiriman terbesar di dunia juga berlokasi di LCS.

Jika melihat kekayaan alam yang melimpah dan lokasi yang sangat strategis, wajar saja jika LCS sering jadi ributan.

China sendiri mengklaim seluruh laut sebagai wilayah kedaulatannya meski ada fakta Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Hukum Laut mengatakan laut adalah perairan internasional.

Negeri Tirai Bambu mengklaim dengan konsep Sembilan Garis Imajiner dan kerap menerjunkan militer untuk mengawasi daerah tersebut. Ini akhirnya membuat Amerika Serikat (AS) masuk dengan dalih mengamankan kebebasan navigasi dan sekutu.

Menurut Asia Financial Times, lokasi pengeboran gas China kali ini juga sepertinya berada di wilayah sengketa dengan Vietnam. Sebelumnya kapal angkatan laut China disebut telah mencegah proyek pengeboran dilakukan di perairan lepas Vietnam sehingga negara itu harus membayar denda ke kontraktor.

Dilaporkan The Diplomat, Vietnam harus membayar kompensasi sebesar US$ 1 miliar (Rp 14,6 triliun, asumsi Rp 14.621/US$) kepada dua perusahaan minyak internasional karena membatalkan kontrak mereka di perairan tersebut.

Sementara itu di 2019, cadangan minyak China yang baru ditemukan mencapai 1,124 miliar ton. Namun, penemuan energi dan data terkait, menurut Asia Times Financial biasanya tidak dipaparkan secara gamblang karena masuk rahasia negara.


(sef/sef) Next Article Ada Harta Karun Raksasa, China Ngebor Laut China Selatan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular