
Investasi Energi Terbarukan RI Hingga Q3 Capai Rp 14 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan realisasi investasi energi baru terbarukan (EBT) hingga akhir September 2020 mencapai US$ 965 juta atau sekitar Rp 13,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.100 per US$), atau sudah mencapai lebih dari 90% dari target tahun ini yang ditetapkan sekitar US$ 1 miliar.
"Angka investasi EBTKE, targetnya yaitu sekitar US$ 1 miliar, implementasinya sudah 92%. Jadi, sudah hampir US$ 1 miliar," ungkap Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Dadan Kusdiana dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR, Senin (16/11/2020).
Lebih lanjut Dadan menjelaskan, realisasi investasi tersebut antara lain untuk konservasi energi mencapai US$ 8 juta, bioenergi sebesar US$ 7 juta, aneka EBT sebesar US$ 450 juta, dan panas bumi sebesar US$ 505 juta.
Menurut Dadan, investasi panas bumi terdiri dari pengeboran sumur eksplorasi, pengeboran eksploitasi, dan sumur kerja ulang di beberapa sumur produksi. Kemudian, investasi bioenergi salah satunya berupa pembangunan pabrik bahan bakar nabati (BBN).
Adapun investasi di sektor aneka EBT berasal dari investasi untuk beberapa pembangkit energi terbarukan, seperti pembangkit hydro, surya, dan angin.
Sementara untuk realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) di sektor panas bumi hingga akhir September 2020, lanjutnya, mencapai sebesar Rp 1,38 triliun. Angka itu setara dengan 97% dari target yang ditetapkan sebesar Rp 1,41 triliun.
"Target PNBP panas bumi tahun ini Rp 1,4 triliun dan hingga triwulan ketiga 2020 sudah mencapai Rp 1,38 triliun. Ini masih on track," ucap Dadan.
Dadan menyebut, PNBP di sektor panas bumi lebih stabil ketimbang sub sektor EBT lainnya. Untuk itu, Dadan optimistis target PNBP bisa tercapai pada 2020.
Untuk diketahui, sejumlah negara maju kini terus mengkampanyekan tentang transisi energi dari energi fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT). Indonesia pun tak terlepas dari dorongan untuk transisi energi ini, apalagi mayoritas energi primer nasional saat ini masih berupa energi fosil seperti batu bara dan minyak.
Pemerintah Indonesia kini juga tengah berupaya mendorong penggunaan EBT guna mengejar target EBT sebesar 23% pada 2025 mendatang.
Adapun potensi energi terbarukan di Indonesia mencapai 442 giga watt, sayangnya saat ini Indonesia baru bisa memanfaatkan sebesar 10,4 giga watt atau baru 2,4% dari total potensi yang ada.
Sementara dalam Paris Agreement, pemerintah telah berkomitmen untuk bisa mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) atau emisi gas rumah kaca sebesar 26% dengan sumber daya sendiri dan pengurangan hingga 42% dengan dukungan internasional.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Realisasi Investasi EBT Baru Capai 29,4% di Semester I 2020