
Perjanjian Dagang Terbesar Dunia Diteken, Tapi Tak Ada AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Perjanjian dagang Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) telah ditandatangani oleh 15 negara Asia Pasifik. Itu menjadi perjanjian dagang terbesar di dunia dengan melibatkan beberapa negara besar di kawasan itu seperti ASEAN, China, Australia, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru.
Namun sayang perjanjian itu tidak diikuti oleh Amerika Serikat (AS). Mengapa?
Sebelumnya pada 2015 di bawah administrasi Presiden Obama AS menekan Kesepakatan Dagang Trans-Pasifik (TPP). TPP memungkinkan AS dan beberapa negara di bibir pasifik, kecuali China, untuk dapat menurunkan bea tarif dan hambatan lainnya dalam aktivitas perdagangan antar negara Pasifik.
Hal ini diprediksi sebagai bentuk kekhawatiran AS atas meningkatnya aktivitas dagang Beijing dengan beberapa negara Asia Pasifik.
Namun pada masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump, ia mencabut keanggotaan AS pada TPP. Alasannya perjanjian itu hanya akan menguntungkan beberapa negara untuk dapat melakukan aktivitas dagangnya di AS dan menyisihkan produk lokal.
Trump berpendapat bahwa TPP menghambat kampanyenya mengenai "America First" dan secara resmi keluar dari TPP pada Januari 2017.
Kemunduran Washington dari TPP membuat jalannya perjanjian dagang itu menemui kegagalan. TPP tidak dapat diratifikasi seperti yang disyaratkan dan tidak berlaku kembali.
Beberapa negara Asia yang masih menginginkan perjanjian dagang serupa mulai berkumpul dengan China untuk melanjutkan kembali TPP. Akhirnya, RCEP diteken oleh lima belas negara yang salah satunya adalah China.
Menurut Iris Pang, Kepala Ekonomi ING untuk China, RCEP dapat membantu Beijing mengurangi ketergantungannya pada pasar dan teknologi luar negeri. Selain itu, RCEP memberikan keuntungan bagi posisi China sebagai mitra ekonomi dengan Asia Tenggara, Jepang, dan Korea secara lebih solid dan meninggalkan pengaruh AS dari kawasan yang dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia itu.
Namun, dengan terpilihnya rival Trump, Joe Biden, pada pemilu beberapa waktu lalu diprediksi belum dapat membawa negeri paman sam untuk segera bergabung dalam RCEP.
Dilansir dari CNBC Internasional, menurut Charles Freeman, wakil presiden senior untuk Asia di Kamar Dagang AS mengatakan bahwa Biden akan fokus membenahi dampak Covid-19 di AS sebelum dapat mengikuti RCEP.
"Saya tidak yakin akan ada banyak fokus pada perdagangan secara umum, termasuk upaya untuk bergabung kembali" pengelompokan penerus TPP, "untuk tahun pertama atau lebih karena akan ada fokus seperti itu pada bantuan Covid," ucap Freeman.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perjanjian RCEP Ditandatangani, RI Harus Persiapkan Hal Ini