GE, Siemens Cs Tinggalkan PLTU Batu Bara, PLN Gimana?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
13 November 2020 10:53
PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)
Foto: PT Indonesia Power melalui Unit Pembangkitan (UP) Suralaya menegaskan jika Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini tidak menyumbang polusi untuk Jakarta. (CNBC Indonesia/Nia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan penyedia teknologi maupun jasa konstruksi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) beramai-ramai mulai meninggalkan proyek PLTU dan beralih ke proyek energi baru terbarukan sebagai bentuk memerangi dampak perubahan iklim dunia.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Apakah PT PLN (Persero) selaku operator ketenagalistrikan di Tanah Air juga akan mengikuti jejak perusahaan global tersebut untuk meninggalkan PLTU?

Direktur Mega Project PLN Muhammad Ikhsan Asaad mengatakan perseroan kini juga tengah berupaya mengurangi proyek pembangkit listrik baru dari energi fosil dan secara bertahap akan mengembangkan pembangkit listrik bersumber energi baru dan terbarukan.

"Pembangkit baru yang berbahan bakar fosil secara bertahap mulai dikurangi atau dibatasi," tuturnya kepada CNBC Indonesia, Jumat (13/11/2020).

Namun demikian menurutnya ini memerlukan waktu dan tidak bisa serta merta langsung berhenti membangun PLTU. Menurutnya, ini akan dilakukan secara bertahap dalam masa transisi khususnya selama 10 tahun mendatang.

"PLN juga dalam masa energi transisi, dalam 10 tahun ke depan kami akan mengembangkan renewable energy (energi terbarukan) secara masif, membatasi dan mengurangi pembangkit fosil yang masih menggunakan energi impor seperti BBM," tuturnya.

Dia mengatakan, meski PLTU biasa digunakan untuk menjadi penopang beban dasar listrik, namun ini juga bisa digantikan oleh pembangkit bersumber energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) maupun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ini artinya, bila dua pembangkit energi terbarukan tersebut telah dibangun masif, maka peran PLTU bisa digantikan oleh kedua jenis pembangkit listrik tersebut.

Pernyataan sejumlah perusahaan penyedia teknologi turbin untuk PLTU seperti GE asal Amerika Serikat atau Siemens asal Jerman untuk berhenti dari proyek PLTU, menurut Ikhsan hal itu tidak akan berdampak pada operasional pembangkit listrik tenaga uap yang telah ada saat ini. Menurutnya, pihaknya tetap akan mengoperasikan seperti biasa.

"Yang sudah operasional tetap kami operasikan," ujarnya.

Berdasarkan data Statistik PLN 2019, pada 2019 terdapat 5.987 unit pembangkit listrik milik PLN, di mana sebanyak 5.350 unit di antaranya merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), sementara terbesar kedua yaitu Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 243 unit dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebanyak 133 unit. Sisanya yaitu PLTG, PLTGU, PLTP, PLTS, pembangkit listrik tenaga angin dan bio massa.

Seperti diketahui, pada 21 September 2020 GE, perusahaan penyedia teknologi pembangkit listrik asal Amerika Serikat, mengumumkan bahwa perusahaan akan keluar dari bisnis proyek pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

Bisnis GE Steam Power, anak usaha GE yang bergerak di bidang penyediaan teknologi PLTU, saat ini akan berkoordinasi dengan pelanggan untuk mencapai komitmen baru ini, dan kemungkinan perusahaan akan melakukan divestasi, penutupan lokasi, dampak terhadap pemotongan tenaga kerja, dan pertimbangan lainnya yang sesuai mengingat saham anak usaha juga dimiliki publik.

Namun demikian, GE akan terus fokus dan berinvestasi dalam bisnis inti di bidang energi terbarukan dan pembangkit listrik, bekerja untuk membuat listrik lebih terjangkau, andal, mudah diakses, dan berkelanjutan. GE Steam Power akan terus mengirimkan turbin untuk pasar nuklir dan melayani pembangkit listrik tenaga nuklir dan batu bara yang ada.

Setelah GE, menyusul Mitsui, perusahaan asal Jepang, juga berencana menjual sisa kepemilikan sahamnya di semua proyek PLTU dan beralih ke gas pada 2030. CEO Mitsui Tatsuo Yasunaga mengatakan hal ini untuk mencapai target emisi 0% dan mewujudkan energi bersih pada 2050.

Dan baru-baru ini, perusahaan konstruksi raksasa asal Jepang, Toshiba, juga mengatakan bakal menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru. Toshiba ingin beralih ke energi terbarukan, untuk mengurangi efek emisi gas rumah kaca.

"Kami masih memiliki proyek (PLTU) yang berjalan, namun kami memutuskan untuk mundur dari pembangunan PLTU baru," kata Juru Bicara Toshiba, Yoko Takagi, dilansir dari AFP, Rabu (11/11/2020).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Fokus EBT, GE Umumkan Keluar dari Proyek PLTU Batu Bara

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular