Bye bye Batu Bara! Toshiba Setop Bangun PLTU

Wilda Asmarini, CNBC Indonesia
11 November 2020 12:03
Aktivitas bongkar muat batubara di Terminal  Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara, Senin (19/10/2020). Dalam satu kali bongkar muat ada 7300 ton  yang di angkut dari kapal tongkang yang berasal dari Sungai Puting, Banjarmasin, Kalimantan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)  

Aktivitas dalam negeri di Pelabuhan Tanjung Priok terus berjalan meskipun pemerintan telah mengeluarkan aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB) transisi secara ketat di DKI Jakarta untuk mempercepat penanganan wabah virus Covid-19. 

Pantauan CNBC Indonesia ada sekitar 55 truk yang hilir mudik mengangkut batubara ini dari kapal tongkang. 

Batubara yang diangkut truk akan dikirim ke berbagai daerah terutama ke Gunung Putri, Bogor. 

Ada 20 pekerja yang melakukan bongkar muat dan pengerjaannya selama 35 jam untuk memindahkan batubara ke truk. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan konstruksi raksasa asal Jepang, Toshiba, bakal menghentikan pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) baru. Toshiba ingin beralih ke energi terbarukan, untuk mengurangi efek emisi gas rumah kaca.

"Kami masih memiliki proyek (PLTU) yang berjalan, namun kami memutuskan untuk mundur dari pembangunan PLTU baru," kata Juru Bicara Toshiba, Yoko Takagi, dilansir dari AFP, Rabu (11/11/2020).

Saat ini Toshiba tengah menggarap 10 proyek PLTU di seluruh dunia. Perusahaan ini merupakan pemain utama di konstruksi PLTU.

Ke depan, Toshiba akan meningkatkan investasi energi terbarukan, termasuk produksi suku cadang untuk pembangkit listrik bertenaga angin, dan pengembangan baterai untuk pembangkit listrik bertenaga surya.

Pengumuman Toshiba ini muncul setelah Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga mengatakan, 2050 menjadi batas waktu bagi Jepang untuk menjadi negara yang netral karbon.



Suga menyatakan hal tersebut sebagai bagian dari komitmen Jepang memberantas perubahan iklim. "Masyarakat telah bergerak ke energi yang tidak menimbulkan karbon," kata Jubir Toshiba tersebut.

Sebelumnya, Siemens asal Jerman dan General Electric asal Amerika Serikat (AS) juga membuat komitmen yang sama untuk mundur dari proyek PLTU.

Jepang yang telah menandatangani perjanjian perubahan iklim di Paris, merupakan negara keenam terbesar di dunia yang menyumbangkan emisi gas rumah kaca pada 2017 lalu.

Negeri matahari terbit ini tengah berjuang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, setelah menutup reaktor nuklir pada 2011 setelah kebocoran di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima.



Ketergantungan Jepang kepada energi fosil meningkat setelah PLTN Fukushima ditutup. Saat ini, hampir sepertiga kebutuhan listrik Jepang dipasok oleh 140 PLTU yang menggunakan bahan bakar batu bara. PLTU menjadi sumber listrik kedua Jepang setelah pembangkit listrik berbahan bakarĀ gas atau LNG yang memasok 38% kebutuhan listrik nasional.


(wed/wed)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 2021 Ekonomi Pulih, Konsumsi Batu Bara Dunia Bisa Naik 2,6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular