
Sepi Abis! Penjualan Rumah Makin Lambat
Jakarta, CNBC Indonesia - Kontraksi perekonomian Tanah Air akibat merebaknya pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) membuat penjualan properti residensial mengalami perlambatan pertumbuhan. Tren ini diperkirakan masih akan berlanjut hingga kuartal terakhir tahun ini.
Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan penjualan properti hanya tumbuh 1,51% (year on year/yoy) pada periode Juli-September (kuartal III-2020). Pertumbuhannya melambat dari kuartal kedua tahun ini yang tercatat mencapai 1,59% (yoy).
Rumah tipe besar menjadi segmen yang mengalami perlambatan pertumbuhan paling kentara. Sementara untuk rumah tipe kecil dan menengah pertumbuhan harganya masih di atas rata-rata pertumbuhan total.
Dalam lima tahun terakhir tren pertumbuhan harga properti di dalam negeri terus mengalami penurunan seiring dengan stagnasi pertumbuhan ekonomi serta kontraksi yang terjadi di tahun 2020.
Pertumbuhan harga rumah untuk semua tipe diperkirakan masih akan melambat hingga kuartal empat tahun ini. Tren pada kuartal ketiga juga diproyeksikan berlanjut dengan rumah tipe besar mengalami pertumbuhan yang paling lambat dibandingkan dengan yang lain.
Dari sisi volume, penjualan properti residensial pada kuartal III-2020 masih menurun. Hal ini tercermin dari penjualan properti residensial yang terkontraksi 30,93% (yoy), dibandingkan kontraksi pada kuartal sebelumnya sebesar 25,60% (yoy). Penurunan penjualan properti residensial ini terjadi pada seluruh tipe rumah.
Dalam survei tersebut BI mencatat ada lima alasan utama mengapa penjualan rumah masih susah untuk terdongkrak di tahun ini. Sebanyak 21,78% jawaban responden menunjukkan bahwa faktor pandemi Covid-19 dan PSBB jadi pemicunya.
Ekonomi Indonesia yang jatuh ke jurang resesi pertama kalinya sejak 1999 membuat daya beli masyarakat menjadi tergerus sehingga konsumen cenderung menahan diri untuk membelanjakan uangnya dan cenderung menabung.
Alokasi dana untuk konsumsi yang non-esensial juga dipangkas dan dialihkan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan hingga kebutuhan medis penunjang kesehatan di masa wabah terutama untuk kelas menengah ke bawah.
Ini yang menjadi faktor minat beli rumah masyarakat dalam negeri masih rendah. Faktor selain Covid-19 dan PSBB yang juga menghambat kenaikan penjualan adalah suku bunga KPR bank.
Meskipun suku bunga KPR bank sudah turun 49 basis poin sepanjang tahun ini menjadi 8,63%, responden menilai suku bunga tersebut masih terlalu tinggi dan memberatkan kantong konsumen terutama untuk rumah tipe kecil dan menengah.
Penurunan suku bunga KPR juga terlihat cenderung belum seagresif penurunan suku bunga acuan. Di tahun ini saja BI sudah memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 100 basis poin (bps) dari 5% menjadi 4%.