Warga +62 Makin Berani Keluar Rumah, Ayo Usir Resesi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 November 2020 12:43
Indonesia Resesi
Foto: AP/Dita Alangkara

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia memang sudah resmi masuk masa resesi ekonomi. Akan tetapi, ada harapan resesi itu bisa segera pergi karena roda ekonomi mulai bergerak meski masih perlahan.

Kepastian Indonesia masuk jurang resesi terjadi pekan lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia tumbuh negatif alias terkontraksi 3,49% pada kuartal III-2020.

Pada kuartal II-2020, Produk Domestik Bruto (PDB) sudah negatif 5.32%. Kontraksi PDB dua kuartal berturut-turut adalah definisi dari resesi.

Adalah pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membuat Indonesia dan banyak negara di dunia terjerumus ke jurang resesi. Sebab, pandemi virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini ditangani dengan kebijakan pembatasan sosial (social distancing).

Agar virus tidak semakin menyebar, warga disarankan untuk #dirumahaja. Sebisa mungkin bekerja, belajar, dan beribadah di rumah. Bukan apa-apa, virus memang semakin mudah menular ketika terjadi kerumunan sehingga aktivitas yang bisa menyebabkan peningkatan kontrak dan interaksi antar-manusia sangat dibatasi.

Seiring perjalanan, kebijakan social distancing mulai dikendurkan. 'Keran' aktivitas publik mulai dibuka, meski bertahap dan masih ada pembatasan bernama protokol kesehatan.

Namun setidaknya sekarang tidak separah April-Mei, puncak penerapan social distancing. Aktivitas masyarakat di luar rumah semakin meningkat.

Mobilitas adalah kunci pertumbuhan ekonomi. Saat mobilitas masyarakat meningkat, maka ada harapan roda ekonomi bergerak.

Mengutip Covid-19 Community Mobility Report keluaran Google, inilah yang terjadi di Indonesia. Aktivitas rakyat 62 di rumah mulai berkurang.

Per 6 November 2020, aktivitas warga di rumah tinggal 8% di atas kondisi normal. Data ini menggunakan periode 3 Januari-6 Februari 2020 sebagai patokan kondisi normal, saat pandemi virus corona belum menyerang dan hidup masih indah.

Rata-rata aktivitas warga di rumah sejak dalam 37 hari pertama kuartal IV-2020 adalah 9,35% di atas normal. Turun dibandingkan periode yang sama pada kuartal III-2020 yang sebesar 11,16%.


Seiring tren penurunan aktivitas warga di dalam rumah, kegiatan luar rumah meningkat. Di tempat transit transportasi umum (stasiun, terminal, halte, dan sebagainya), rata-rata aktivitas selama 37 hari pertama kuartal IV-2020 adalah 31,54% di bawah normal. Lebih ramai ketimbang periode yang sama pada kuartal III-2020 yang 34,78% di bawah hari biasa.

Namun yang paling mencolok adalah di tempat belanja kebutuhan sehari-hari (groceries) dan toko obat. Rerata kepadatan pada 37 hari pertama kuartal IV-2020 di lokasi tersebut adalah 0,22% di atas normal. Jauh lebih ramai ketimbang periode yang sama pada kuartal III-2020 yang masih 2,05% di bawah hari biasa.

Data ini menunjukkan bahwa lambat laun mobilitas masyarakat mulai meningkat. Seiring dengan peningkatan aktivitas warga, roda ekonomi akan bergerak sehingga kontraksi bisa dibalik menjadi ekspansi. Ada harapan Indonesia bakal segera keluar dari jerat lumpur resesi.

Akan tetapi, situasi yang ada sekarang belum mencapai skala ekonomis. Ekonomi memang sudah bergerak, tetapi masih di bawah kapasitas potensialnya. Dunia usaha masih belum bisa menjaga bisnis mereka untuk mencapai skala ekonomi yang optimal sehingga efisiensi masih harus dilakukan, salah satunya dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Agar ekonomi bisa bergerak cepat, kuncinya adalah masyarakat harus lebih banyak berbelanja, melakukan konsumsi. Bank Indonesia (BI) mencatat secara umum konsumsi memang sudah meningkat.

Pada Oktober 2020, alokasi pengeluaran konsumen yang dipakai untuk berbelanja (konsumsi) mencapai 69,36%. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 68,8% sekaligus menjadi yang tertinggi sejak Juni 2019.

Namun peningkatan konsumsi belum merata. Alokasi untuk konsumsi di kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp 2,1-3 juta dan Rp 3,1-4 juta per bulan memang naik, tetapi belum dengan kelompok di atasnya.

Pada Oktober 2020, porsi konsumsi di kelompok masyarakat dengan pengeluaran Rp 4,1-5 juta per bulan adalah 65,44%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 65,8%.

Sedangkan porsi konsumsi di kelompok masyarakat berpengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan pada Oktober 2020 adalah 65,95%. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yakni 66,73%.

Dua kelompok tersebut mewakili masyarakat berpendapatan menengah-atas dan tinggi. Mereka adalah kelompok dengan kesadaran yang tinggi mengenai pentingnya menjaga kesehatan, apalagi keselamatan nyawa.

Sebelum pandemi virus corona bisa dikendalikan, sepertinya sulit untuk berharap masyarakat menengah-atas dan kaya untuk keluar rumah dan berbelanja seperti dulu. Kalau situasi belum betul-betul aman, mereka masih akan 'tiarap'.

Oleh karena itu, kehadiran vaksin anti-virus corona adalah kunci utama. Game changer. Vaksin akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus sehingga tidak perlu cemas lagi tertular saat beraktivitas di luar rumah. Apalagi kalau 60-70% populasi sudah divaksinasi, kekebalan kolektif (herd immunity) akan terbentuk.

Kesimpulannya, ekonomi Ibu Pertiwi memang mulai bangkit dan bukan tidak mungkin resesi akan berakhir dalam waktu dekat. Namun masih sulit untuk berharap ekonomi bisa normal sebelum vaksin datang dan terdistribusikan secara merata. Ekonomi belum bisa berlari, lajunya masih merangkak.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji) Next Article Masih Resesi, Ekonomi RI Q1 Diramal Tumbuh -1% Hingga -0,1%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular