
McKinsey Ungkap Sektor-sektor yang Cuan Saat Pandemi Covid-19
Ratu Rina Windarty, CNBC Indonesia
19 May 2020 16:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Managing Partner McKinsey & Company Indonesia, Phillia Wibowo mengungkapkan sektor telekomunikasi, kesehatan, agrikultur dan perbankan menjadi sektor yang mampu meraih pertumbuhan di tengah pandemiĀ Covid-19 di Indonesia. Selain itu, saat ini transaksi digital diproyeksi akan terus tumbuh di masa dan setelah penerapan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
"Memang dari segi bisnis kita lihat variasi ya, ada yang terkena dampak cukup besar di beberapa sektor, misalnya sektor manufaktur, sektor hospitality, retail dan trade, tetapi juga ada sektor tertentu yang mengalami kenaikan. Kami lihat di survey konsumen memang ada banyak penurunan misalnya apparel turun, tetapi kita lihat juga bahwa groceries, household supplies, digital entertainment itu naik," kata Phillia dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (19/05/20).
"Berarti ada hal-hal yang naik dan di balik itu ada keran-keran yang cukup menarik. Karena kita tahu pemerintah sudah cukup lama berbicara tentang cashless payment ternyata dengan situasi seperti ini orang berjaga jarak ada kenaikan di sisi digital, digital itu juga sebenarnya bagus dalam kita connecting people. Ini mungkin kesempatan terbuka juga untuk pemain-pemain bisa capture ke arah sana," lanjutnya.
Menurutnya, dengan banyak transaksi digital, diharapkan dapat meningkatkan inklusi keuangan dan akan berdampak baik bagi sektor perbankan.
"Sehingga pengalaman customer lebih baik, sehingga financial inclution juga lebih baik dan ini semoga di masa depan dampaknya akan ke sektor perbankan," ujar Phillia.
Selain itu, produk-produk yang cepat diproduksi (fast production) juga mengalami kenaikan di tengah penerapan PSBB. Berdasarkan survey konsumen, masyarakat dinilai lebih tertarik kepada hal-hal yang cepat diproduksi.
"Jadi kenaikan belanja di grocery, orientasi terhadap hal yang lokal dan fresh itu juga sesuatu yang baik," katanya.
Terkait daya beli, dia menilai masyarakat Indonesia lebih positif dibandingkan negara lain. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung agar ekonomi Indonesia bisa lebih cepat pulih.
"Ini jauh lebih positif jika kita lihat dibandingkan negara lain, misalnya Korea itu setengahnya dan di Jepang itu kurang dari 10%, jadi ini satu aset yang bagus. Namun kita harus hati hati, kita juga melihat sebagian besar sampai dengan 80% melihat bahwa mereka akan mengurangi belanja, dan semakin lama kita ada pembatasan tentunya ini akan membatasi performa kerja dan akan mengurangi belanja," ujar Phillia.
"Bicara tentang skenario ekonomi di tahun 2020, sebenarnya saya lihat indonesia punya peluang untuk recovery yang lebih cepat dibandingkan negara tetangga. Tapi lebih cepatnya itu bergantung pada domestic demand, pembelanjaan di dalam, kita tidak banyak bergantung pada tourism misalnya, dan ini ternyata bisa membuat ekonomi kita recovery lebih cepat," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article McKinsey: PSBB Diperpanjang, PDB RI Bisa Tumbuh -4,0% di 2020
"Memang dari segi bisnis kita lihat variasi ya, ada yang terkena dampak cukup besar di beberapa sektor, misalnya sektor manufaktur, sektor hospitality, retail dan trade, tetapi juga ada sektor tertentu yang mengalami kenaikan. Kami lihat di survey konsumen memang ada banyak penurunan misalnya apparel turun, tetapi kita lihat juga bahwa groceries, household supplies, digital entertainment itu naik," kata Phillia dalam program Squawk Box CNBC Indonesia, Selasa (19/05/20).
"Berarti ada hal-hal yang naik dan di balik itu ada keran-keran yang cukup menarik. Karena kita tahu pemerintah sudah cukup lama berbicara tentang cashless payment ternyata dengan situasi seperti ini orang berjaga jarak ada kenaikan di sisi digital, digital itu juga sebenarnya bagus dalam kita connecting people. Ini mungkin kesempatan terbuka juga untuk pemain-pemain bisa capture ke arah sana," lanjutnya.
"Sehingga pengalaman customer lebih baik, sehingga financial inclution juga lebih baik dan ini semoga di masa depan dampaknya akan ke sektor perbankan," ujar Phillia.
Selain itu, produk-produk yang cepat diproduksi (fast production) juga mengalami kenaikan di tengah penerapan PSBB. Berdasarkan survey konsumen, masyarakat dinilai lebih tertarik kepada hal-hal yang cepat diproduksi.
"Jadi kenaikan belanja di grocery, orientasi terhadap hal yang lokal dan fresh itu juga sesuatu yang baik," katanya.
Terkait daya beli, dia menilai masyarakat Indonesia lebih positif dibandingkan negara lain. Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung agar ekonomi Indonesia bisa lebih cepat pulih.
"Ini jauh lebih positif jika kita lihat dibandingkan negara lain, misalnya Korea itu setengahnya dan di Jepang itu kurang dari 10%, jadi ini satu aset yang bagus. Namun kita harus hati hati, kita juga melihat sebagian besar sampai dengan 80% melihat bahwa mereka akan mengurangi belanja, dan semakin lama kita ada pembatasan tentunya ini akan membatasi performa kerja dan akan mengurangi belanja," ujar Phillia.
"Bicara tentang skenario ekonomi di tahun 2020, sebenarnya saya lihat indonesia punya peluang untuk recovery yang lebih cepat dibandingkan negara tetangga. Tapi lebih cepatnya itu bergantung pada domestic demand, pembelanjaan di dalam, kita tidak banyak bergantung pada tourism misalnya, dan ini ternyata bisa membuat ekonomi kita recovery lebih cepat," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article McKinsey: PSBB Diperpanjang, PDB RI Bisa Tumbuh -4,0% di 2020
Most Popular