Alhasil, banyak perusahaan memilih jalan terakhir dengan mengakhiri nasib para pekerja. Pemutusan hubungan kerja pun tidak terhindarkan, ritel di bawah MAP Group yakni Sogo, Seibu hingga Galeries Lafayette.
Selama pandemi Covid-19 berlangsung, tercatat ada beberapa perusahaan yang sudah melakukan PHK, berikut beberapa di antaranya:
Brand yang sudah dikenal dengan produk-produk berkelas ini dikabarkan melakukan PHK terhadap 2500 pekerjanya. Serikat Pekerja di bawah MAP Group mengaku mendapatkan ketidakadilan.
Menurut Onny Assad yang merupakan Ketua Bidang Hukum Serikat Pekerja Industri Ritel Indonesia kepada CNBC Indonesia mengatakan di Sogo saja sebanyak 2.500 karyawan sudah mendapatkan potongan gaji sepihak.
"Di Sogo sendiri ada 2.500 yang dipotong gajiya. Yang dirumahkan untuk dirancang PHK ada sekitar 300 orang. Itu jumlah hanya Sogo saja untuk MAP Group mungkin lebih besar lagi," kata Onny kepada CNBC Indonesia, Selasa (10/11/2020).
Manajemen, sambungnya juga menyurati karyawan untuk secara "sukarela" mengajukan PHK kepada perusahaan dengan imbalan 1 kali PMTK.
"Alasan pandemi Covid-19 ini terkadang digunakan oleh pengusaha secara sepihak tanpa membicarakannya dan persetujuan karyawan dan atau Serikat Pekerja yang ada, sehingga terlihat bahwa apa yang dilakukan oleh management melampaui dan melanggar peraturan Tenaga Kerja," tegasnya.
PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) sepanjang sembilan bulan tahun ini membukukan rugi bersih senilai Rp 616,60 miliar. Nilai ini berbanding terbalik dengan periode akhir September 2019 dimana perusahaan masih mengantongi keuntungan senilai Rp 1,18 triliun.
Pendapatan perusahaan pun terjun bebas 57,49% secara year-on-year (YoY) dengan posisi di akhir kuartal III-2020 senilai Rp 3,32 triliun. Jumlah ini jauh sekali di bawah pendapatan di periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 7,82 triliun
Penurunan kinerja yang signifikan ini setelah setelah diberlakukannya kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta sehingga perusahaan terpaksa membatasi kembali bisnisnya di wilayah ini. Padahal kinerja perusahaan disebutkan sudah mulai pulih secara stabil sejak Juli, hingga pertengahan September.
CEO dan Wakil Presiden Direktur Matahari Terry O'Connor mengatakan dengan adanya pembatasan ini hingga periode tersebut perusahaan telah menutup tujuh gerai format besar dan seluruh gerai khusus ditutup. Hal ini dilakukan untuk melakukan efisiensi akibat operasional yang tak maksimal akibat pandemi Covid-19.
Hingga saat ini perusahaan masih mengoperasikan 153 gerai. Diperkirakan perusahaan masih akan melakukan penutupan tiga gerai lagi hingga akhir tahun mengingat target perusahaan hanya akan mengoperasionalkan 150 gerai format besar yang menguntungkan di akhir 2020.
Emiten peritel fashion pemegang brand Manzone, MOC, Men's Top, Nike, PT Mega Perintis Tbk (ZONE) mengungkapkan dampak pandemi virus corona (Covid-19) terhadap bisnis perusahaan dan imbas kepada karyawan perusahaan. Perseroan tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) tapi merumahkan sementara karyawan perusahaan.
Luki Rusli, Direktur Independen Mega Perintis, mengatakan dari sisi karyawan, per Desember 2019, jumlah karyawan baik tetap maupun tidak tetap mencapai 3.283 orang, sementara saat ini jumlah karyawan tetap dan tidak tetap menjadi 1.005 atau berkurang 2.278 orang.
"Saat ini jumlah karyawan tetap dan tidak tetap 1.005. Jumlah PHK nihil, jumlah karyawan yang dirumahkan hingga saat ini 2.226 orang, sementara jumlah yang terdampak status lain (seperti pemotongan gaji 50%) mencapai 284 orang," katanya dalam surat jawaban kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), dilansir Senin (1/6/2020).
Video viral sempat beredar terkait penutupan gerai Ramayana yang diwarnai tangis karyawan di gerai Depok beberapa waktu lalu. Hal itu bagian dari langkah penutupan gerai juga dilakukan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. Sebanyak 13 gerai ditutup sementara karena penurunan penjualan akibat pandemi Covid-19. Aksi ini dilakukan sejak akhir Maret 2020 lalu.
Dari sisi pendapatan, perusahaan ini juga membukukan hasil yang tdak mengenakkan. Laba bersih perusahaan ambles hingga 99% pada 6 bulan pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Total laba bersih RALS di semester pertama 2020 tersisa jadi Rp 5,36 miliar, atau turun 99,1% dari Rp 590 miliar di periode yang sama tahun lalu. Sepanjang semester I-2020, perseroan mencatatkan penjualan kotor sebesar Rp 2,20 triliun atau turun 58,3% dari Rp 5,27 triliun di semester I-2029.
Pendapatan bersih perseroan ikut turun sebesar 57,8% menjadi Rp 1,47 triliun dari sebelumnya Rp 3,49 triliun.
"Adapun penjualan kotor di kuartal kedua tahun 2020 menyumbang penurunan terbesar sebanyak 77,5% imbas dari penutupan gerai, pembatasan jam operasional gerai, serta menurunnya daya beli masyarakat," tulis manajemen, dalam siaran pers, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (8/9/2020).