Belakangan, restoran-restoran besar cepat saji sempat menjadi buah bibir, berkat aksi simpatik mereka di tengah kesusahan. Kampanye saling mendukung antar mereka berbalut demi menyelamatkan pekerja terdampak pandemi covid-19.
Selama 8 bulan pandemi, sudah banyak dinamika yang terjadi pada restoran-restoran besar seperti McD, KFC, Pizza Hut, dan lainnya. Berikut kejadian sedih yang menimpa bisnis restoran.
Tekanan terhadap pandemi sebagian besar tak kuat ditanggung oleh pengelola sehingga terpaksa menutup gerai. Belum lama ini di media sosial McDonald's Kuta Beach Bali dikabarkan menutup operasional mulai Selasa (29/9). Hal ini diduga sebagai imbas dari menurunnya angka wisatawan ke Bali, utamanya ke kawasan Kuta.
CNBC Indonesia sempat mengkonfirmasi informasi ini kepada Associate Director of Communication McDonald's Indonesia Sutji Lantyka. Namun, pihak McDonald's Indonesia belum memberikan penjelasan.
"Saya no comment ya, saya tidak bisa memberikan komentar. Maaf yaa," kata Sutji, Senin (28/9).
Informasi mengenai penutupan McD Kuta Beach sudah terlihat dari postingan akun @barivirall di instagram.
Sampai Jumpa!
McDonalds Kuta Beach akan tutup secara permanen mulai 29 September 2020, pukul 21.00 WITA.
Terima kasih telah mengukir cerita bersama McDonalds Kuta Beach selama 20 tahun.
Momen tutupnya gerai restoran Asal Amerika Serikat ini bukan hanya kali ini terjadi. Sebelumnya juga sempat terjadi pada 10 Mei lalu di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat. Alasan angkat kakinya McD dari Sarinah karena alasan renovasi gedung oleh manajemen Sarinah.
"Atas permintaan manajemen gedung Sarinah melalui surat resmi tertanggal 30 April 2020, mereka akan melakukan renovasi dan akan melakukan perubahan strategi bisnis. Maka dengan sangat berat hati kami akan menutup pintu McDonald's Sarinah Thamrin secara permanen mulai Minggu 10 Mei 2020 jam 10:05 malam," tulis McD di instagram @mcdonaldsid.
Bisnis yang rusak akibat pandemi membuat restoran tak kuat menunaikan kewajiban pembayaran tunjangan hari raya (THR) bahkan menjelang akhir tahun. Salah satu yang dilaporkan belum menunaikan kewajiban pembayaran seluruh THR adalah perusahaan pengelola restoran cepat saji KFC.
"Rencana pembayaran THR awalnya Mei, Juni atau Juli tapi nggak terjadi. Mundur sampai Agustus. Itu baru dibayarkan," kata Koordinator Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) Anthony Matondang kepada CNBC Indonesia, (9/11).
Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI) merupakan induk dari Serikat Pekerja Fast Food Indonesia (SPFFI), yang antara lain mewadahi serikat pekerja KFC.
Kebijakan pembayaran THR secara mencicil memang sudah melewati pembicaraan antara manajemen dan serikat buruh. Sayang, SPBI yang menjadi induk serikat tidak diajak berdiskusi. Anthony menyebut ada empat serikat buruh di internal KFC. Namun, hanya satu serikat yang diajak merumuskan kebijakan, yakni Serikat Pekerja Fast Food Indonesia (SPFFI).
Dalam kesepakatan tersebut juga disepakati hal lain, yakni penurunan THR dari yang semestinya dibayarkan. Anthony menyebut kesepakatan itu tidak mendengarkan keseluruhan serikat buruh.
"Di perjanjian kerja bersama (PKB) KFC itu dapat upah THR 1,5x upah per bulan. Dari Covid-19 muncul kebijakan baru yang diputuskan sepihak oleh manajemen dan SPFFI, bukan dengan kita. Yakni dibayar 1x upah atau turun," katanya.
CNBC Indonesia, mencoba menanyakan ihwal keluhan serikat pekerja ini kepada Justinus Dalimin, Direktur Fast Food Indonesia, pengelola gerai KFC di Indonesia. Namun, sampai berita ini diturunkan belum mendapat respons.
Pizza Hut termasuk yang kena dampak berat pandemi covid-19. Restoran pizza papan atas di Indonesia ini sempat membuat fenomena penjualan di pinggir jalan.
PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), sang pengelola restoran waralaba Pizza Hut Indonesia, mencatatkan rugi bersih Rp 8,63 miliar pada 9 bulan pertama tahun ini atau per September, dari periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan laba bersih Rp 149,24 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi kuartal III-2020, rugi bersih ini dialami seiring dengan tekanan penurunan penjualan dan naiknya beban keuangan perusahaan.
Data lapkeu mencatat, penjualan PZZA per September turun 9,31% menjadi Rp 2,67 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,94 triliun.
Secara rinci, penjualan makanan turun menjadi Rp 2,54 triliun, dari sebelumnya Rp 2,64 triliun, sementara penjualan minuman turun menjadi Rp 136,29 miliar dari sebelumnya Rp 317,93 miliar.
Meski demikian beban pokok penjualan turun 3,2% menjadi Rp 927,86 miliar, dari sebelumnya Rp 958,56 miliar. Perseroan juga mencatatkan beban operasi yang bengkak menjadi Rp 18,07 miliar dari sebelumnya hanya Rp 7,72 miliar.
Perseroan masih mencatatkan laba operasi Rp 13,12 miliar, ambles 94% dari periode yang sama tahun lalu Rp 202,64 miliar. Beban bunga dan keuangan bengkak menjadi Rp 21,82 miliar dari sebelumnya Rp 7,84 miliar.
Kurniadi Sulistyomo, Corporate Secretary PZZA, sebelumnya sudah memaparkan dampak pandemi terhadap kondisi perusahaan.
Dia mengatakan perseroan masih melakukan pembatasan waktu dan jam untuk kegiatan usaha dan operasional outlet restoran serta pembatasan kapasitas tempat duduk (dine-in) di berbagai wilayah kabupaten atau kotamadya di Indonesia.