Biden Jadi Presiden, AS Bakal Di-Lockdown?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
09 November 2020 13:12
Wakil Presiden terpilih Kamala Harris dan Presiden terpilih Joe Biden
Foto: Wakil Presiden terpilih Kamala Harris bergandengan tangan dengan Presiden terpilih Joe Biden, Sabtu, 7 November 2020, di Wilmington, Del. (AP / Andrew Harnik)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertarungan Donald Trump vs Joseph 'Joe' Biden di pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) boleh dikata sudah selesai. Perolehan suara Biden sudah tidak terkejar, dan eks wakil presiden era pemerintahan Barack Obama itu bersiap untuk menjadi penunggu Gedung Putih yang baru.

Saat ini tabulasi suara masih berlangsung. Per 9 November 2020 pukul 10:44 WIB, Biden meraup 290 suara elektoral (electoral college votes) berbanding 214 untuk sang petahana. Butuh 270 suara elektoral untuk menjadi pemenang, dan Biden sudah melampaui batas itu. Oleh karena itu, Biden sudah boleh menyandang predikat presiden AS terpilih.

pilpresSumber: Guardian

"Sekarang kampanye sudah berakhir. Jadi apa kehendak rakyat? Apa mandat kami? AS telah meminta kami untuk memimpin dengan kecakapan dan keadilan. Memimpin dengan kekuatan ilmu pengetahuan dan harapan dalam peperangan terbesar dalam hidup kita saat ini," cuit Biden di Twitter.

Cuitan tersebut memang agak mengambang. Namun secara tersirat, cukup nyata terlihat bahwa 'peperangan' yang dimaksud Biden adalah pergumulan dengan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).

Pandemi virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini memang memukul AS dengan sangat keras. Negeri Paman Sam adalah negara dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di dunia.

Oleh karena itu, penanganan pandemi menjadi topik yang hangat diperdebatkan saat kampanye. Trump beberapa kali menyatakan bahwa kalau Biden menang maka AS akan menerapkan karantina wilayah alias lockdown.

Lockdown memang mampu menekan penyebaran virus corona karena masyarakat diperintahkan untuk #dirumahaja. Bekerja, belajar, dan beribadah di rumah.

Namun lockdown bukan tanpa efek samping, bahkan efek sampingnya sangat terasa. Aktivitas produksi dan permintaan akan sangat terganggu, sehingga membuat ekonomi mati suri. Salah satu dampaknya adalah lonjakan angka pengangguran.

Trump dikenal sebagai sosok yang ingin agar 'keran' aktivitas masyarakat tetap dibuka. Dengan begitu, roda ekonomi akan tetap berputar sehingga krisis kesehatan tidak menimbulkan masalah baru yaitu krisis sosial-ekonomi.

"Piihannya adalah Trump yang super boom dan Biden yang lockdown," tegas Trump dalam kampanye di North Carolina bulan lalu, seperti dikutip dari Reuters.

Sekarang Biden sudah terpilih menjadi presiden AS ke-46, tinggal menunggu pengesahan. Pertanyaannya, benarkah Biden akan membawa rakyat Negeri Adidaya ke lorong yang gelap dan sepi bernama lockdown?

Dalam sebuah unggahan di media sosial Facebook, beredar foto Biden menggunakan masker yang disertai kutipan sebagai berikut:

"Covid-19 akan meningkat dalam beberapa bulan ke depan. Para ilmuwan sepakat dengan ini. Begitu saya masuk Gedung Putih, saya akan melakukan lockdown di seluruh wilayah sampai vaksin sudah siap dan seluruh rakyat divaksinasi."

Namun, pihak Facebook kemudian memberi label 'Informasi Palsu' terhadap unggahan tersebut. Label itu diberikan setelah diperiksa oleh pemeriksa fakta independen.

bidenSumber: Facebook



Ya, Biden memang bukan pendukung lockdown. Dalam beberapa kesempatan, dirinya menegaskan bahwa belum ada kebutuhan untuk menerapkan kebijakan itu.

"Tidak ada kebutuhan, menurut saya, untuk menutup seluruh aktivitas ekonomi. Saya merasa tidak ada kebutuhan untuk lockdown. Saya punya rencana bagaimana Anda bisa tetap menjalankan usaha. Anda bisa tetap berbisnis dan pergi ke sekolah," tegas Biden dalam pertemuan town hall pada 15 Oktober lalu, sebagaimana dikutip dari Reuters.

Dalam laman visi-misi Biden (joebiden.com) pun kata lockdown tidak disebut sama sekali dalam konteks penanganan pandemi virus corona. Berikut adalah visi-misi Biden:

1. Memperbaiki pengujian (testing)

  1. Menambah lokasi pengujian drive-through hingga dua kali lipat.
  2. Berinvestasi untuk menghadirkan inovasi dalam pengujian, termasuk peralatan untuk pengujian di rumah (home test) dan pengujian cepat (instant test).
  3. Membentuk Dewan Pengujian Pandemi Nasional.
  4. Membentuk US Public Health Jobs Corps untuk memobilisasi minimal 100.000 orang untuk melakukan pelacakan kontak (contact tracing).

2. Memperbaiki masalah Alat Perlindungan Diri (APD)

  1. Menggunakan UU Produksi Pertahanan untuk menggenjot produksi masker, pelindung wajah (face shield), dan APD lainnya.
  2. Membangun industri APD dalam negeri.

3. Membuat kebijakan yang jelas, konsisten, dan berlandaskan ilmu pengetahuan

  1. Mengarahkan US Center of Disease Control dan Preventions (US CDC) untuk membuat profil risiko penyebaran di setiap daerah, termasuk menentukan kapan waktu yang tepat untuk membuka beberapa kegiatan usaha seperti bar dan restoran atau kapan bisa membuka sekolah.
  2. Membentuk penghimpunan dana (pooling fund) yang akan disalurkan kepada daerah yang membutuhkan.
  3. Meminta Kongres untuk mengesahkan paket kebijakan agar sekolah punya sumber daya untuk beradaptasi dengan mode pembelajaran baru.
  4. Menyediakan stimulus bagi usaha kecil agar bisa tetap berbisnis dengan menerapkan protokol kesehatan, misalnya membantu pengadaan kaca pembatas.

4. Distribusi vaksin yang efektif dan merata

  1. Menyediakan dana US$ 25 miliar untuk pembuatan dan distribusi vaksin agar bisa dinikmati seluruh masyarakat secara gratis.
  2. Faktor politik tidak bisa dikedepankan, keamanan vaksin harus terjamin.
  3. Memastikan seluruh rakyat AS mendapatkan perlindungan dan perawatan, konsumen tidak boleh dibebani harga tinggi untuk obat atau metode perawatan baru.

5. Melindungi lansia dan orang-orang dengan risiko tinggi

  1. Membentuk Gugus Tugas Disparitas Rasial dan Etnis Covid-19 untuk menyediakan rekomendasi bagaimana mengakhiri perbedaan penanganan pandemi.
  2. Membentuk pusat data pandemi nasional agar rakyat AS bisa memantau perkembangan terkini pandemi di wilayah mereka.

6. Membangun lagi mekanisme pertahanan dari ancaman pandemi, termasuk yang datang dari China

  1. Membentuk kembali Dewan Nasional untuk Keamanan Kesehatan dan Pertahahan Biologis di Gedung Putih yang dibubarkan oleh pemerintahan Trump.
  2. Memperbaiki hubungan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WTO).
  3. Meluncurkan kembali dan memperkuat program pelacakan patogen, yang dibubarkan oleh Trump.
  4. Memperluas cakupan penyelidikan oleh pemeriksa dari US CDC, termasuk membangun kembali kantor di Beijing.

7. Kewajiban memakai masker

  1. Seluruh warga wajib memakai masker saat berada di dekat orang yang tidak tinggal serumah.
  2. Semua gubernur membuat aturan wajib memakai masker di daerahnya.
  3. Seluruh otoritas lokal membuat aturan wajib memakai masker di daerahnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular