Pemilu AS

Trump Mau Meledak, 'Kiamat' Pilpres AS Terjadi?

Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
05 November 2020 12:56
Elizabeth Allin, bottom center left, and Gideon Lett sit in a convertible while watching President Donald Trump, on left of video screen, and Democratic presidential candidate former Vice President Joe Biden speak during a Presidential Debate Watch Party at Fort Mason Center in San Francisco, Thursday, Oct. 22, 2020. The debate party was organized by Manny's, a San Francisco community meeting and learning place. (AP Photo/Jeff Chiu)
Foto: AP/Jeff Chiu

Jakarta, CNBC Indonesia - Kontestasi Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) semakin panas. Meski belum ada hasil resmi dan beberapa negara bagian masih melaksanakan penghitungan suara, calon petahana dari Partai Republik Donald Trump sudah mengajukan beberapa gugatan terkait pemilu yang ia lalui dengan calon Partai Demokrat Joe Biden.

Ia mengajukan gugatan untuk empat negara bagian. Yakni Wisconsin, Michigan, Pennsylvania dan Georgia.



Di Wisconsin, tim Kampanye Trump merasa bahwa ada hal-hal yang janggal terjadi di beberapa county di negara bagian itu. Penghitungan suara ulang dapat dimungkinkan apabila selisih suara antar calon kurang dari satu persen.

Di Michigan, massa pendukung Trump menggeruduk kantor KPU di Detroit. Mereka menyerukan "Hentikan Penghitungan" dan mengetuk-ngetuk pintu dan jendela kantor.



Manager tim kampanye Trump di Michigan, Bill Stepien, menjelaskan bahwa pihaknya juga sudah mengajukan permintaan untuk penghitungan ulang. Alasannya pihaknya merasa tidak diberikan akses untuk mengamati pembukaan kotak suara serta momen penghitungan.

Hal yang sama juga terjadi di Pennsylvania dan Georgia. Tim pendukung Trump meminta agar penghitungan dihentikan sampai dengan terwujudnya apa yang mereka katakan sebagai "Transparansi".

Sebenarnya ngototnya Trump terhadap kemenangannya dalam pemilu sudah lama ia utarakan. Bahkan berminggu-minggu sebelum pilpres, ia berujar tak akan ada transisi damai penyerahan kekuasaan.

"Kami harus melihat apa yang terjadi," kata mantan pengusaha itu menanggapi wartawan September lalu, dikutip dari Reuters.

Ia sudah menyebutkan akan membawa hasil pilpres ke Mahkamah Agung AS. Dan, sudah menuding akan ada kecurangan bila pemilihan suara dilakukan lewat pos.

Padahal pemilihan melalui pos terjadi karena lonjakan virus corona (Covid-19) di negara itu. Meski begitu, memang cara ini dinilai memperpanjang waktu menghitung suara hingga berhari-hari.

Mengutip BBC, seorang jurnalisnya bernama Anthony Zurcher mengatakan pemilu AS kini memasuki 'skenario kiamat yang banyak ditakuti warga Amerika'.

"Ketika presiden AS sendiri- dari Gedung Putih- memperkeruh perhitungan suara," katanya.

Ia menilai hal buruk mungkin saja akan terjadi dengan Biden mengklaim kemenangan dan Trump melontarkan tuduhan penipuan dan kecurangan pemilu. Bahkan menjadi kerusuhan.

"Ini resep untuk sengketa di pengadilan yang berlarut-larut, (yang) akhirnya berakhir dengan pendukung di pihak yang kalah merasa marah dan tertipu."

Hingga saat ini penghitungan suara masih berlangsung. Biden memimpin dengan raihan suara elektoral 264, mendekati threshold kemenangan yaitu 270.

Sementara itu Trump tertinggal dengan 214 suara. Dengan adanya gugatan ini, tentunya bisa saja akan menunda penghitungan suara dan pengumuman pemenang.


(sef/sef) Next Article Biden Diramal Gantikan Trump, Ngaruhnya Apa Buat Indonesia?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular