
Lulusan Vokasi Indonesia Siap Tembus Pasar Eropa

Jakarta, CNBC Indonesia - Pendidikan vokasi diharapkan bisa menjadi generasi pemimpin dunia di masa depan, agar tak hanya jadi teknisi tapi bisa menjadi pemimpin handal yang membawa Indonesia menuju global.
Dirjen Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Wikan Sakarinto menegaskan, di bawah naungannya, dia bercita-cita untuk bisa membawa pendidikan vokasi "terbang" ke luar negeri, salah satunya Eropa.
"Combine (menggabungkan) D3 dengan sarjana terapan. Anak-anak vokasi dari SMK, pendidikan tinggi minimal 1 semester ke luar negeri. Mengembangkan pertukaran mahasiswa. Kami ingin undang ahli dari luar negeri untuk bisa menjadi konsultan," ujarnya dalam webinar dengan "Vokasi Siap Menerpa Eropa" di Jakarta, Rabu (4/11/2020).
Saat ini, dia mengajak seluruh anak-anak pendidikan vokasi baik itu yang mengenyam pendidikan di SMK atau mahasiswa vokasi untuk mempersiapkan diri. Cara ini merupakan dorongan, agar siswa vokasi tertantang dan semakin mengasah dirinya untuk bisa bersaing di kancah internasional.
"Jadi intinya, selain lulusan pendidikan vokasi jadi mahir di industri, kami juga ingin lulusan SMK, bisa magang, bekerja di luar negeri dan mendirikan atau mengembangkan wirausaha di Indonesia dengan market luar negeri," ujarnya lagi.
"Ini harus dipersiapkan dengan soft skill kuat, hard skill akan terbentuk sendiri. Kita challenge anak-anak vokasi untuk meneruskan kiprah di Eropa," imbuhnya.
Dia mengaku, banyak dari anak-anak SMK yang sudah mengembangkan pendidikannya dan khusus untuk dikirim ke Jerman. Kemudian ada juga yang menjadi perawat di Jepang dan Eropa.
"Tapi kami ingin, tak hanya studi lanjut, tapi mindset masyarakat dunia untuk Indonesia yang jadi pemimpin dunia di masa depan," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Mitras Dudi Kemendikbud RI, Ahmad Saufi menegaskan, pendidikan vokasi tak lepas dari 17 ribu lembaga kursus pelatihan, 14 ribu SMK dan 2 ribuan politeknik. Pendidikan vokasi tersebut menjadi tanggung jawab dirjen vokasi.
Ahmad Saufi berdasarkan pengalamannya di Jerman mengatakan, setidaknya ada 6 ribu mahasiswa asal Indonesia yang dibina. Berbagai kisah terkait pemagangan di Jerman menurutnya menarik untuk disimak.
Adapun dalam webinar kali ini, Dirjen Pendidikan bertemu dengan atase pendidikan dari 4 wilayah di Eropa yaitu Atase Pendidikan & Kebudayaan London, Belanda, Jerman dan Perancis.
"Yang saya harapkan, bertemunya dengan atase pendidikan, menghidangkan menu, ada 4-5 menu dari negara masing-masing. Tinggal dianalisa, menu mana yang cocok dengan Indonesia kemudian disesuaikan dengan negara kita yang agraris," tegasnya.
Menanggapi ini, masing-masing atase memberikan tanggapannya. Atase Pendidikan dan Kebudayaan Jerman, Prof. Ardi Marwan mengatakan di Jerman ada lebih dari 400 ribu perusahaan yang mendukung vokasi dalam bentuk permagangan.
"Jadi mereka magang, mereka direkrut dan 96,4% lulusan vokasi semua terserap, jadi hampir semua terserap," tegasnya.
Berikutnya Atase Pendidikan dan Kebudayaan Perancis, Prof. Warsito mengatakan Indonesia sudah cukup lama bekerjasama dengan Perancis terkait pendidikan vokasi. Salah satu contohnya adalah ada lulusan SMK dari Indramayu yang kemudian melanjutkan satu tahun di bidang maritim.
"Ada 9-10 siswa, mereka lulus tidak pulang (ke Indonesia) ternyata kerja disini. Ini menunjukan kualitas SMK kita memiliki kelebihan, saya sudah berapa kali ketemu stakeholder vokasi," katanya.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan Belanda, Dr Din Wahidin juga angkat bicara. Dia mengatakan ada Memorandum of Understanding (MoU) dan dilanjutkan dengan technical agreement. Dalam perjanjian kerjasama itu, pilot project vokasi adalah memilih dua sekolah SMK, yakni SMK Negeri 2 Subang dan SMK 5 Jember.
"Ada kampus yang terlibat, ini kerjasama peningkatan. SMK Subang fokus mengembangkan pertanian dan Belanda juga fokus di Pertanian," tegasnya.
Tak ketinggalan, Atase Pendidikan & Kebudayaan London, Muh. Arif Rokhman juga menyebut ada Universitas di UK tepatnya di Glasgow yang bekerjasama dengan SMK di Jawa Barat. Dari contoh tersebut, dirinya mengatakan akan mencoba memberikan fasilitas berupa diaspora.
"Kami akan fasilitasi, diaspora sangat nasionalis, bahkan S1 diaspora sudah mulai mencari cara bantu Indonesia. Jadi mereka bertanya harus kemana, nanti saya carikan orangnya dan saya pertemukan," pungkasnya.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ikuti Kelas Offline, Ajang Lulusan Vokasi Menambang Ilmu Baru