Internasional

(Mungkin Saja) China & Dunia Happy Jika Trump Keok di Pilpres

Roy, CNBC Indonesia
04 November 2020 07:50
Pemilihan Presiden AS, Donald Trump & Joe Biden
Foto: AP/Andrew Harnik

Dengan hasil poling yang mengindikasikan Biden akan memenangkan pemilu dalam sepekan terakhir, telah meningkatkan eforia di pasar keuangan global.

Lalu bagaimana dengan dampaknya ke pasar keuangan Indonesia bila Biden memenangkan pemilu.

"Sudah sewajarnya bila pasar keuangan global menyambut positif terhadap presiden AS yang akan lebih memberikan ketenangan kepada investor, bukan malah membuat jittery," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia, Selasa (3/11/2020).

Menurutnya, selama tahun 2018 dan 2019 perang dagang antara AS dan China yang berkepanjangan telah membuat Rupiah tertekan berkepanjangan. Bank Indonesia pun harus melakukan stabilisasi kurs secara intens.

Lanjut Nanang, hasil polling pemilu AS dengan indikasi kemenangan Biden telah mendorong kurs NDF turun tajam dari Rp 14.800 per Dolar AS akhir pekan lalu ke posisi pembukaan pasar hari ini di Rp 14.660 per US$.

Sejumlah bank di pembukaan pasar hari ini juga banyak yang bahkan membuka posisi short dollar dan memberikan kuotasi langsung di bawah Rp 14.600.

"Bila presiden AS terpilih nanti kebijakan dan keputusan lebih "predictable" dan tidak "provocative" seharusnya akan mendorong aksi "flight From quality" dari aset yang dipandang aman seperti US Treasury Bond dan Emas, serta disertai pelemahan dollar AS atau penguatan mata uang Emerging Market. Dan indikasi ini sudah mulai terlihat dari turunnya kurs NDF di pasar offshore," imbuhnya.

Meski demikian, kewaspadaan dinilai tetap harus tinggi, karena proses pemilu AS belum selesai dan bisa saja muncul ketidakpastian baru bila salah satu calon saling meng-claim kemenangan.

"Apapun hasilnya, pastinya Bank Indonesia akan tetap berada di pasar untuk mengawal kestabilan Rupiah," jelasnya.

Melansir data Refinitiv, di tahun 2018 saat perang dagang berkobar, rupiah mengalami pelemahan sekitar 6% melawan dolar AS di Rp 14.375/US$. Bahkan, pada Oktober 2018, rupiah sempat menyentuh level Rp 15.230/US$ atau melemah lebih dari 12% secara year-to-date (YtD).

Halaman Selanjutnya >> Posisi China?

(dru)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular