2,5 Tahun RI Nego GSP dengan AS, Ini Penjelasan Dubes Lutfi

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
02 November 2020 22:30
muhammad lutfi. Ist
Foto: Dubes RI untuk AS Muhammad Lutfi (Ist)

Jakarta, CNBC Indonesia - Fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) dariĀ Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia akhirnya diperpanjang setelah 2,5 tahun ditinjau, tepatnya sejak Maret 2018.

GSP merupakan fasilitas perdagangan pembebasan tarif bea masuk yang diberikan secara unilateral oleh pemerintah Negeri Paman Sam kepada negara-negara berkembang di dunia sejak tahun 1974. Indonesia pertama kali mendapatkan fasilitas GSP dari AS pada tahun 1980.

Duta Besar RI untuk AS, Muhammad Lutfi membeberkan mengapa tinjauan GSP untuk Indonesia bisa mencapai 2,5 tahun lamanya. Menurut Lutfi, terjadi beberapa permasalahan di dalam perpanjangan tersebut.

"Kalau saya melihat itemnya itu, ada 9 item yang bikin sakit kepala semua pihak," katanya dalam media briefing, Senin (2/11/2020). Ia bahkan menyebut pembahasan itu sudah berlangsung sejak ia menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang UMKM, hingga menjadi Dubes RI untuk AS.

"Sakit kepalanya itu karena pemerintah AS itu, kalau boleh saya kasih contoh, mereka juga kesal juga (karena) kita (Indonesia) ini jago pembuatan permasalahan yang perlu dipermasalahkan," ujar Lutfi.



Eks Menteri Perdagangan ini memaparkan hal itu terjadi karena Indonesia masih mengikuti cara pada perdagangan masa lalu, yakni persaingan. Akibatnya, menurut Lutfi, persaingan ini membuat bagaimana caranya hidup orang menjadi sulit dengan membeli produk sedikit mungkin. Tujuannya supaya Indonesia bisa menjual lebih banyak barang.

Contohnya adalah penjualan kentang yang akan digunakan oleh industri Indonesia. Menurut Lutfi, ketika AS ingin menjual kentang, Indonesia malah mempersulit hal tersebut karena masalah persaingan.

"Setelah kita hitung, mereka mau jual kentang ke Indonesia nilainya US$ 1 juta (Rp 14 miliar). Mau dimakan sama 270 juta rakyat Indonesia. Dalam hati saya, kenapa kita meributkan masalah yang kayak gini," katanya sambil tertawa.

Hal-hal mudah yang kemudian dipersulit tersebut, menurut Lutfi, adalah sisa-sisa warisan dari masa lalu, yakni persaingan dalam perdagangan. Namun kini, baik AS dan Indonesia sudah tidak lagi melakukan persaingan, namun lebih mengedepankan kolaborasi dalam perdagangan, salah satunya dengan fasilitas GSP tersebut.


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Resmi! AS Perpanjang Fasilitas GSP Kepada Indonesia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular