
Pertama Sejak Krismon, Kredit Bank RI Tumbuh Negatif! Resesi?

Data ini menunjukkan bahwa roda ekonomi Ibu Pertiwi belum berputar dengan normal. Rumah tangga dan dunia usaha masih memilih untuk mencari selamat masing-masing dengan memupuk tabungan. Maklum, situasi masih penuh dengan ketidakpastian.
Ketidakpastian terbesar apalagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu masih terus terjadi.
Per 26 Oktober, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona adalah 392.934 orang. Bertambah 3.222 orang (0,83%) dibandingkan sehari sebelumnya. Indonesia masih menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di Asia Tenggara.
Lonjakan kasus corona membuat pemerintah provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat pada pertengahan September. Salah satu contoh implementasi PSBB yang lebih ketat adalah restoran tidak boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat (dine-in), hanya boleh pesan-antar (delivery) dan pesan-bawa pulang (take-away). Jadi jangan heran KMK ke sektor PHR anjlok bulan lalu...
Bahkan Gubernur Jakarta Anies Rasyid Baswedan memberi wanti-wanti kalau kasus corona di Ibu Kota naik lagi, maka bukan tidak mungkin 'rem darurat' akan kembali ditarik. PSBB ketat akan diterapkan, dan ekonomi siap-siap nyungsep.
Perputaran uang yang sampai September belum normal memberi petunjuk bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 kemungkinan masih tumbuh negatif seperti kuartal sebelumnya. Senasib dengan Korea Selatan, Indonesia akan mengalami kontraksi PDB dua kuartal beruntun yang merupakan definisi resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
