
Pertama Sejak Krismon, Kredit Bank RI Tumbuh Negatif! Resesi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini, Korea Selatan resmi masuk jurang resesi setelah rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020. Di Indonesia, data serupa akan diumumkan pekan depan. Namun seperti halnya Korea Selatan, ekonomi Tanah Air pun hampir pasti akan mengalami resesi.
Pada kuartal III-2020, ekonomi Negeri Ginseng tumbuh negatif 1,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan sudah -2,7% pada kuartal sebelumnya, sehingga sah masuk resesi. Ini menjadi resesi pertama sejak 2009.
Di Indonesia, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2020 pada 5 November. Namun, data demi data semakin memberi konfirmasi bahwa Indonesia pun bakal bernasib sama, masuk zona resesi.
Data teranyar adalah terkait perputaran uang di perekonomian. Ternyata warga +62 masih lebih memilih menabung dan penyaluran kredit perbankan semakin seret.
Laporan Uang Beredar (M2) edisi September 2020 keluaran Bank Indonesia (BI) menyebutkan, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada September tercatat Rp 6.383,8 triliun. Naik 12,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumny (year-o-year/YoY), lebih tinggi ketimbang pertumbuha Agustus yang sebesar 10,9% YoY.
DPK | Nominal Agustus 2020 (Rp Triliun) | Nominal September 2020 (Rp Triliun) | Pertumbuhan Agustus 2020 (%YoY) | Pertumbuhan September 2020 (%YoY) |
Rupiah | 5352.1 | 5483 | 10.7 | 12.1 |
Valas | 876 | 990.9 | 12.3 | 11.8 |
Total | 6228.1 | 6383.8 | 10.9 | 12.1 |
Di sisi lain, penyaluran kredit tidak tumbuh, yang ada malah terkontraksi. Pada September, penyaluran kredit perbankan secara nominal adalah Rp 5.529,4 triliun, tumbuh negatif 0,4% YoY. Sejak krisis multi-dimensi alias krisis moneter (krismon) 1998, baru kali ini kredit tumbuh negatif.
"Penurunan laju kredit terjadi seiring dengan perlambatan kredit kepada debitur korporasi dan perorangan. Penyaluran kredit kepada korporasi tercatat tumbuh 0,7% YoY pada Agustus menjad tumbuh negatif 0,7% YoY pada September. Demikian juga penyaluran kredit kepada debitur perorangan, mengalami perlambatan dari 1% YoY menjadi 0,7% YoY," tulis laporan BI.
Berdasarkan jenis kredit, baik itu Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), sampai Kredit Konsumsi (KK), seluruhnya melambat. KMK yang sudah mengalami kontraksi pada Agustus jadi semakin parah.
Kredit | Nominal Agustus 2020 (Rp Triliun) | Nominal September 2020 (Rp Triliun) | Pertumbuhan Agustus 2020 (%YoY) | Pertumbuhan September 2020 (%YoY) |
KMK | 2471.7 | 2473.3 | -1.7 | -3.1 |
KI | 1465.4 | 1463.4 | 4 | 3.4 |
KK | 1584.4 | 1592.7 | 1.1 | 0.8 |
Penurunan penyaluran kredit paling mencolok dialami oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Pada September, penyaluran KMK ke sektor ini terkontraksi 5,5% YoY, lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya yang -4,3% YoY.
Data ini menunjukkan bahwa roda ekonomi Ibu Pertiwi belum berputar dengan normal. Rumah tangga dan dunia usaha masih memilih untuk mencari selamat masing-masing dengan memupuk tabungan. Maklum, situasi masih penuh dengan ketidakpastian.
Ketidakpastian terbesar apalagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Penyebaran virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu masih terus terjadi.
Per 26 Oktober, Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah pasien positif corona adalah 392.934 orang. Bertambah 3.222 orang (0,83%) dibandingkan sehari sebelumnya. Indonesia masih menjadi negara dengan kasus corona terbanyak di Asia Tenggara.
Lonjakan kasus corona membuat pemerintah provinsi DKI Jakarta kembali memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang lebih ketat pada pertengahan September. Salah satu contoh implementasi PSBB yang lebih ketat adalah restoran tidak boleh melayani pengunjung yang makan-minum di tempat (dine-in), hanya boleh pesan-antar (delivery) dan pesan-bawa pulang (take-away). Jadi jangan heran KMK ke sektor PHR anjlok bulan lalu...
Bahkan Gubernur Jakarta Anies Rasyid Baswedan memberi wanti-wanti kalau kasus corona di Ibu Kota naik lagi, maka bukan tidak mungkin 'rem darurat' akan kembali ditarik. PSBB ketat akan diterapkan, dan ekonomi siap-siap nyungsep.
Perputaran uang yang sampai September belum normal memberi petunjuk bahwa ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 kemungkinan masih tumbuh negatif seperti kuartal sebelumnya. Senasib dengan Korea Selatan, Indonesia akan mengalami kontraksi PDB dua kuartal beruntun yang merupakan definisi resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Minus di 2020, Kredit Bank Sudah Bisa Positif di Awal 2021
