
Ridwan Kamil Ungkap Banyak Pabrik Menyesal Pindah dari Jabar

Jakarta, CNBC Indonesia - Perpindahan pabrik dari Jawa Barat (Jabar) kembali menjadi sorotan Gubernur Ridwan Kamil. Kali ini, pria yang akrab disapa Kang Emil, mengaku bahwa sejumlah pabrik yang pindah ke provinsi lain, mengaku menyesal.
Pasalnya, produktivitas pekerja di provinsi lain tersebut lebih rendah dari Jawa Barat. Sehingga ia mengklaim, bila perusahaan atau pabrik yang telah pindah dari Jawa Barat gara-gara upah tinggi, justru kini menyesal.
"(Pabrik) yang sudah pindah ke provinsi lain menyesal juga. Upah boleh murah tapi produktivitas rendah," ujar Ridwan Kamil dalam diskusi Terobosan Kepala Daerah di Tengah Pandemi dan CNBC Indonesia Indonesia Award Best Regional Leaders, Jumat (23/10/2020).
Dia menjelaskan Jawa Barat merupakan salah satu provinsi terbaik dalam kegiatan investasi sektor riil. Pasalnya, infrastruktur Jawa Barat paling lengkap dan sumber daya manusia memiliki produktivitas yang tinggi.
Infrastruktur tersebut, akan ditambah dengan Pelabuhan Patimban yang rencana segera akan diresmikan oleh Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat untuk tahap satu. Kang Emil berharap Pelabuhan Patimban bisa segera memulai ekspor pasca peresmian tersebut.
"Biaya di Indonesia dihitung mahal karena biaya dari pabrik ke Tanjung Priok lebih mahal daripada dari Tanjung Priok ke Shanghai," jelasnya.
Fenomena boyongan pabrik dari Jabar memang ramai diberitakan pada akhir 2019 lalu. Kala itu, catatan CNBC Indonesia mengungkapkan bahwa dalam 3 tahun terakhir, jumlah pabrik yang relokasi dari Jabar sudah mencapai 100 lebih pabrik. Kebanyakan di antaranya industri padat karya.
Pabrik yang direlokasi kebanyakan berlokasi di Purwakarta, Bogor, Karawang. Sebagai contoh, Kabupaten Karawang memiliki UMK 2020 sebesar Rp 4,59 juta dan menjadi yang tertinggi di Indonesia.
Pengusaha memilih Jawa Tengah sebagai lokasi pabrik mereka. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo saat dikonfirmasi mengenai relokasi pabrik mengatakan pabrik yang relokasi ke Jawa Tengah sudah mencapai 140 pabrik termasuk dari Jawa Barat.
Kini, isu ini kembali hangat dan membuat para pengusaha buka suara. Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament (Apsyfi) Redma Gita Wiraswasta mengakui bahwa perpindahan pabrik dari Jawa Berat ke Jawa Tengah berdampak pada berbagai hal. Salah satunya adalah masalah produktivitas dari pekerja di tempat baru. Pekerja yang sudah bekerja di pabrik Jawa Barat memiliki kemampuan lebih karena sudah terbiasa dan skill yang sudah lama terlatih.
"Karena di Jawa Barat sudah terlatih, tenaga kerja garmen udah 5 sampai 10 tahun, jadi bisa cepat kerjanya. Kalau di sana (Jawa Tengah) tenaga kerja baru, perlu adaptasi, pasti produktivitas nggak akan langsung sama di sini (Jawa Barat), meski manajemen dan sistemnya (bagus) tapi tetap yang namanya pengalaman nggak bisa cepat sama dengan di Jabar," kata Redma kepada CNBC Indonesia, Jumat (23/10).
Demi bisa meningkatkan produktivitas bagi pekerja, maka pengalaman diperlukan. Sehingga, pekerja yang baru memulai bekerja perlu diberi waktu demi meningkatkan produktivitas tersebut. Begitu pun dengan pengusaha, terkait menyesal atau tidaknya tergantung bagaimana perhitungan yang dilakukan.
"Tapi akhirnya itu hitung-hitungan saja, kalau dengan produktivitas 10 misalnya tingkat upah 9 kalau turun misal produktivitas 8 upah 6 atau 7, tinggal hitung-hitungan aja merekanya," kata Redma.
(hps/hps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI 'Curi' Peluang Realokasi Perusahaan Jepang & AS Dari China