Pengakuan Kepala Daerah: Covid-19 Lebih Parah dari Krisis 98

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
23 October 2020 13:27
Dokter memperagakan proses vaksinasi saat simulasi pemberian vaksin di Puskesmas Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10). Pemerintah Kota Depok akan menggelar simulasi pemberian vaksin corona. Pemberian vaksin idealnya sebanyak 60 persen dari jumlah penduduk Kota Depok. Adapun yang hadir bukanlah warga sungguhan yang hendak divaksin. Hanya perwakilan dari Pemkot Depok saja. Terdapat sejumlah tahapan alur yang akan diterapkan Pemerintah Kota Depok dalam pemberian vaksin. Orang yang masuk dalam kriteria mendapat vaksin akan diundang untuk datang ke puskesmas. Nantinya mereka duduk di ruang tunggu dengan penerapan protokol kesehatan. Mereka kemudian menunggu giliran dipanggil petugas. Setelah itu masuk ke ruangan untuk disuntik vaksin. Orang yang telah divaksin akan diregistrasi petugas guna memantau perkembangannya secara berkala.  (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Simulasi pemberian vaksin Covid-19 di Puskesmas Depok, Jawa Barat, Kamis (22/10). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Dampak pandemi Covid-19 yang melanda dunia dianggap lebih berat dibanding dengan krisis yang pernah melanda Indonesia misalnya saja krisis 1998.

"Mengira Covid-19 sekedar virus biasa seperti flu, dampaknya ke ekonomi luar biasa. Kami ada perbedaan di wilayah Jawa, krisis 1998 misal, Alhamdulillah di daerah kami tak merasakan. Karena harga pertanian justru naik jauh luar biasa. Rata-rata di Pulau Sulawesi, di Jawa sulit orang beli motor-mobil, di kami petani yang beli," kata Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola kepada CNBC Indonesia dalam acara "CNBC Indonesia Award" di Jakarta, Jumat (23/10/2020).

Sayangnya, hal ini menurutnya tak terjadi di tengah pandemi yang terjadi tahun ini. Tekanan yang terjadi pada perekonomian di wilayahnya terjadi di berbagai lini, mulai dari PHK, industri tutup, hingga sulitnya barang-barang. Dia mencatat pertumbuhan ekonomi di wilayahnya sudah mengalami kontraksi minus 0,06%.

"Terasa sekali adalah transportasi & pergudangan, makanan minuman dan konstruksi. Tapi dalam sisi lain, kami ada yang membantu positif dari sisi pertumbuhan yaitu industri pengolahan seperti Nikel, gas yang masih eksis," katanya.

Senada dengan Longki, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil juga mengatakan krisis yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 bersifat multidimensi dan berat bagi masyarakat. Awalnya corona hanya dilihat sebagai masalah kesehatan semata, namun seiring waktu menjadi permasalahan bagi ekonomi dan sosial.

"Harus ada tindakan preventif membatasi interaksi sosial ternyata dampaknya pada ekonomi luar biasa, orang harus mengurangi pergerakan, termasuk di Jawa Barat. Bahkan ekonominya lebih tertekan dibandingkan nasional, Jawa Barat minusnya -5,9%," kata Ridwan Kamil.

Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey juga angkat bicara terkait pandemi covid-19, yang menurutnya berdampak merata ke semua wilayah. Salah satunya adalah dampak dari produksi cengkeh di wilayahnya.

"Biasanya produk cengkeh diserap penuh oleh pabrik rokok di Surabaya. Produk dunia juga lari ke Surabaya. Pabrik tidak membeli cengkeh karena pandemi, hukum permintaan pengeluaran terdampak. Biasa harga Rp 100 ribu sekarang Rp 40-50 ribu, biaya produksi saja, sudah rugi," katanya.

Meski Covid-19 berdampak, nyatanya masih ada hal baik dari pandemi ini. Menurutnya, Sulawesi Utara melakukan terobosan sehingga masyarakat terdorong yaitu melalui hortikultura dan pertanian untuk suplai mencari pasar baru.

"Kita kirim telur, ayam, sayur mayur kan itu, jadi Sulawesi Tengah strategi. Sulawesi Utara juga gitu, Papua juga gitu. Covid-19 ini kita harus dorong," katanya.

"23% PDB dari sumbangan pertanian, tambah lagi ekspor ke Jepang, dari Ambon lewat kita, saya kira hal-hal ini kalau betul-betul mau lakukan, saat kondisi ini tak ada yang mustahil," katanya.


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kasus Baru Covid-19 di RI Tiba-tiba Naik, Nyaris Tembus 1.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular