
Pertamina Targetkan PLTGU Terbesar di ASEAN Beroperasi 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina Power Indonesia, Subholding Pertamina Bidang Ketenagalistrikan dan Energi Baru Terbarukan (Pertamina Subholding Power & New Renewable Energy/ NRE) memperkirakan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Jawa-1 berkapasitas 1.760 mega watt (MW) di Karawang, Jawa Barat akan beroperasi pada Desember 2021.
Corporate Secretary Pertamina Power Indonesia Dicky Septriadi mengatakan perkiraan waktu beroperasi pembangkit listrik tersebut dikarenakan hingga saat ini progress konstruksi pembangkit berjalan sesuai jadwal. Hingga saat ini, kemajuan telah mencapai sekitar 88%.
"Target COD (Commercial Operation Date) PLTGU Jawa 1 pada 15 Desember 2021, diharapkan sesuai jadwal, karena sekarang progress-nya sudah mencapai sekitar 88%," tuturnya kepada CNBC Indonesia pada Kamis (22/10/2020).
Proyek senilai US$ 1,6 miliar ini merupakan bagian dari proyek 35 giga watt (GW) yang dicanangkan pemerintah. Pembangkit listrik dengan turbin ganda ini disebut bakal menjadi pembangkit combine cycle single shaft block terbesar di Asia Tenggara.
Selain pembangunan PLTU, proyek ini juga diintegrasikan dengan unit regasifikasi dan penyimpanan gas terapung (Floating Storage and Regasification Unit/ FSRU), pipa gas antara PLTGU dengan FSRU dan jalur transmisi yang menyambungkan PLTGU dengan titik interkoneksi.
Dicky menyebut, capaian proyek FSRU kini lebih maju dibandingkan proyek PLTGU. Hingga saat ini kemajuan proyek FSRU telah mencapai 96%. Saat ini tengah dilakukan uji ketahanan di perairan (sea trial) dari FSRU tersebut. Pembuatan FSRU ini dilakukan di Korea Selatan.
Setelah itu, pada pertengahan November 2020 akan dilakukan pengujian gas (gas trial). Lalu, pada Desember akan dilakukan seremoni penamaan kapal FSRU. Untuk nama kapal, menurutnya hingga saat ini masih mempertimbangkan beberapa opsi, sehingga belum diputuskan.
"Nanti Desember akan ada seremoni penamaan kapal. Kemungkinan kapal akan menuju Indonesia pada akhir Desember, sehingga sekitar awal Januari kapal sudah tiba di Indonesia," ungkapnya.
FSRU Jawa 1 ini memiliki empat kargo LNG dengan total kapasitas 170.150 m3 dan memiliki empat train regasifikasi dengan kapasitas masing-masing sebesar 100 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Dengan sistem tiga train beroperasi dan satu train standby (siaga), output gas adalah 300 MMSCFD pada tekanan 70 barg, temperatur 10 derajat celsius.
Adapun pasokan LNG akan didatangkan dari kilang LNG Tangguh yang dioperasikan BP Berau Ltd.
"Nanti setelah FSRU tiba di Indonesia akan diuji lagi di sini. Kemungkinan FSRU akan selesai lebih dahulu dibandingkan PLTGU," ujarnya.
Proyek PLTGU Jawa-1 ini akan disalurkan ke PLN selama 25 tahun dengan skema BOOT (Build, Own, Operate, and Transfer).
Listrik yang dihasilkan akan masuk ke sistem kelistrikan Jawa-Bali melalui jaringan transmisi 500 kV dari lokasi pembangkit ke gardu induk 500 kV PLN. Pasokan LNG untuk proyek Jawa-1 menjadi tanggung jawab PLN. LNG akan dipasok dari kilang LNG Tangguh berdasarkan LNG Sales Purchase Agreement (SPA) antara PLN dan BP.
Untuk menjalankan proyek terintegrasi IPP Jawa-1 diperlukan dua unit usaha yaitu PT Jawa Satu Power (JSP) dan PT Jawa Satu Regas (JSR). JSP bertanggung jawab untuk melakukan desain, konstruksi, dan mengoperasikan PLTGU Jawa-1, jaringan transmisi, substation serta switchyard facilities. Sedangkan JSR bertanggung jawab atas desain dan konstruksi serta pengoperasian fasilitas FSRU yang akan menerima LNG dari kilang Tangguh.
Adapun kepemilikan saham JSP dimiliki oleh konsorsium PT Pertamina Power Indonesia (PPI) 40%, Marubeni 40%, dan Sojitz 20%. Sedangkan saham JSR sebagian besar dimiliki oleh konsorsium PPI 26%, Marubeni 20%, Sojitz 10% dan sisanya dimiliki oleh PT Humpuss Intermoda Transportasi 25% dan Mitsui O.S.K Lines (MOL) 19%.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wih, Listrik Berbasis Energi Terbarukan RI Bisa Diekspor Lho
