Internasional

Bulan Madu AS-Saudi Bisa 'Bubar' Kalau Biden Jadi Presiden?

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
22 October 2020 16:15
Saudi Arabia's Crown Prince Mohammed bin Salman delivers remarks as U.S. President Donald Trump welcomes him in the Oval Office at the White House in Washington, U.S. March 20, 2018.  REUTERS/Jonathan Ernst
Foto: Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan) (REUTERS/Jonathan Ernst)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi diperkirakan bisa berakhir. Semua itu dengan catatan jika calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden memenangkan pemilu dan menggantikan petahana Donald Trump dari Partai Republik.

Mengapa? Semua berkaitan dengan masalah hak asasi manusia (HAM).

Seperti diketahui, Putra Raja Salman bin Abdul Aziz, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), mendapatkan kebebasan selama Trump menjabat. Padahal, MBS memiliki beberapa catatan HAM yang berhubungan dengan pembunuhan brutal jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi pada 2018 silam serta penahanan aktivis perempuan.

Menurut catatan organisasi HAM di Riyadh, masalah tersebut bisa menjadi titik utama perselisihan dengan pemerintahan Joe Biden, seperti halnya perang Yaman. Sementara Riyadh dan sekutunya di Teluk lebih memilih pemerintahan Trump yang lebih memprioritaskan kesepakatan yang menguntungkan daripada masalah HAM.

Kemenangan Biden tidak akan membalikkan aliansi selama beberapa dekade, kata lima sumber regional dan diplomat. Biden mungkin menempatkan kondisi yang lebih kuat pada dukungan AS.

"Akan ada tantangan tetapi ada hubungan kelembagaan strategis jangka panjang dan tidak ada yang ingin mematahkan 'punggung unta' meskipun pemerintahan Biden akan menginginkan kompromi," kata salah satu sumber di Saudi seperti dikutip dari Reuters.



Seorang diplomat asing di kawasan itu memandang jika hubungan Saudi-AS tidak akan terlalu dirugikan nantinya.

"Saya membayangkan (Biden) akan menuntut beberapa konsesi profil tinggi ... mungkin sesuatu tentang pembela hak perempuan," katanya.

Dalam kampanyenya, Biden berjanji untuk meninjau kembali hubungan dengan Saudi, raksasa pengekspor minyak dan pembeli utama senjata AS. Biden akan menuntut lebih banyak pertanggungjawaban atas pembunuhan Khashoggi di konsulat Istanbul dan mengakhiri dukungan AS untuk perang Yaman.

Seperti diketahui, MBS dengan kuat mengonsolidasikan kekuasaan, menghancurkan perbedaan pendapat dan menahan saingan takhta. Sederet langkah itu mencemari citra reformis yang awalnya dipuji di luar negeri.

MBS sendiri membantah memerintahkan pembunuhan Khashoggi. Tetapi pada tahun lalu, ada laporan yang menyebut pembunuhan itu terjadi di bawah pengawasannya. Saudi sudah memenjarakan delapan orang dengan rentang hukuman antara tujuh dan 20 tahun dalam kasus tersebut.

Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud, meskipun dengan nada menantang atas kecaman Barat atas persidangan aktivis perempuan, mengatakan mereka didakwa dengan "kejahatan serius."


(miq/miq)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Putra Mahkota Arab Saudi Telepon Menhan AS, Bahas Apa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular