Pedagang Mobil Bekas Kegirangan Sri Mulyani Tolak Pajak 0%

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 October 2020 15:08
Penjualan Mobil Bekasi di WTC Mangga Dua (CNBC Indonesia/Sandy Ferry)
Foto: Penjualan Mobil Bekasi di WTC Mangga Dua (CNBC Indonesia/Sandy Ferry)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pedagang mobil bekas akhirnya bisa tertawa lepas karena Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan enggan memberi pajak 0% pada mobil baru. Maklum saja, bila usulan pajak 0% lolos, maka pedagang mobil bekas yang paling terpukul.

Pedagang menilai, jika sampai diberikan maka yang hanya diuntungkan hanyalah pabrik mobil yang berasal dari perusahaan asing. Sementara pedagang mobil bekas dari dalam negeri hanya akan gigit jari, karena harga unit yang sudah menjadi stoknya bakal jatuh hancur-hancuran.

"Efeknya lebih banyak mudhorat daripada manfaatnya. Manfaat yang diuntungkan cuma pabrik. Mereka mau jual stok yang sudah mereka bikin. Gimana caranya stok mereka terjual, itu tujuannya, tapi menghancurkan yang sudah ada, yang exist," kata Pemilik Nava Sukses Motor yang berada di Jl. Madrasah No. 23, Cilandak, Jakarta Selatan, Fahmi kepada CNBC Indonesia, Senin (19/10).

Penjualan mobil bekas memang sempat terancam, utamanya kala lobi-lobi dilancarkan industri atau pabrik mobil ke Kementerian Perindustrian. Menperin Agus Gumiwang mengakui sudah mengajukan relaksasi pajak mobil ke Kemenkeu. Usulan ini sempat membuat konsumen menahan pembelian mobil baru.

"Akhirnya kan jadi senjata makan tuan. Tadinya mau untung akhirnya tambah buntung. Mobil seken saja kena corona wajar rugi, nggak bisa dihindari. Sekarang mereka pabrik-pabrik gede giliran rugi teriak-teriak minta di 0%. Kemarin-kemarin jualan berapa juta unit tiap tahun, untung gede diem-diem aja," sebutnya.

"Jangan terlalu (mendukung) ke investor-investor gede. Biasa mereka kan ngancem mau PHK (pemutusan hubungan kerja), tutup pabrik, relokasi. Biasa, tapi nggak usah takut. Indonesia market gede. Sekarang jual mobil dimana sih yang enak. Kan penduduk kita berapa. Mereka pindah rugi juga, tetap aja jualannya di Indonesia," katanya.

Ia menilai tidak mungkin pabrikan mobil Jepang akan minggat dari Indonesia. Kala penjualan rugi atau bahkan masih untung dengan nilai berkurang, maka itu sangat wajar. Pemerintah punya daya tawar kuat karena segmentasi pasar yang dimiliki Indonesia sangat besar.

"Nggak mungkin mereka tinggalkan. Kalau mereka tinggalkan, yang ada dimakan China. Mobil-mobil Toyota hengkang, dia (China) semua masuk ke sini. Jepang kan market gedenya Indonesia. Diamkan aja pintar-pintar (lobi) mereka aja," katanya.

Sementara itu, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menaungi produsen mobil melalui Sekjennya Kukuh Kumara menanggapi santai pernyataan Sri Mulyani tersebut. Ia menegaskan Gaikindo masih menunggu pernyataan resmi terhadap usulan tersebut.

"Jangan terburu-buru kan belum ada kebijakan keluar," kata Kukuh kepada CNBC Indonesia.

Ia mengatakan Gaikindo masih menunggu respons resmi pemerintah soal usulan pajak 0%. Meski ia tak tahu sudah sampai mana pembahasan usulan pajak 0% tersebut, antara kementerian perindustrian dan kemenkeu.

"Kita tidak bekerja berdasarkan sinyal. Bagi kami yang penting kepastian apa keputusannya," katanya saat ditanya apakah pernyataan Sri Mulyani sebagai indikasi kuat bahwa usulan pajak 0% dipastikan ditolak.

Sri Mulyani pada hari ini (19/10) menegaskan sekarang tidak sedang melakukan pertimbangkan soal pajak 0% bagi mobil baru.

"Kita tidak mempertimbangkan saat ini untuk memberikan pajak mobil baru sebesar 0% seperti yang disampaikan oleh industri dan Kementerian Perindustrian," ujar Sri Mulyani melalui video conference, Senin (19/10/2020).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pajak Mobil 0%, Ini Respons Tak Terduga Pedagang Mobil Bekas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular