
Anti Resesi, Ekonomi China Diramal Tumbuh 5,2%!

Jakarta, CNBC Indonesia - China adalah negara pertama yang merasakan pukulan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Maklum, virus mematikan itu memang awalnya mewabah di Kota Wuhan, Provinsi Hubei.
China juga menjadi negara pertama yang memberlakukan kebijakan karantina wilayah alias lockdown. Awalnya diterapkan di ground zero Kota Wuhan, yang kemudian meluas ke berbagai daerah.
Berkat langkah cepat dan tegas tersebut, China menuai hasil positif. Saat berbagai negara berjibaku melawan serangan virus corona, bahkan sekarang disebut-sebut sudah memasuki gelombang kedua (second wave outbreak), China relatif tenang. Jumlah pasien positif corona di Negeri Tirai Bambu masih stabil di kisaran 80.000.
Lockdown di China paling ketat terjadi pada kuartal I-2020. Kala itu, aktivitas masyarakat benar-benar dibatasi. Warga tidak boleh keluar rumah, kecuali untuk urusan mendesak.
Mobilitas warga yang hampir tidak ada membuat ekonomi China jatuh. Pada Januari-Maret 2020, ekonomi China tumbuh negatif (kontraksi) 6,8%. Ini adalah pencapaian terburuk sejak China mulai melaporkan data pertumbuhan ekonomi pada 1992.
Namun, kontraksi ekonomi akibat pandemi virus corona hanya berlangsung satu kuartal. Pada kuartal II-2020, saat 'keran' aktivitas warga mulai dibuka kembali (reopening), ekonomi China langsung tumbuh 3,2%. Padahal saat itu banyak negara membukukan kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB), termasuk Indonesia.
Saat PDB negatif selama dua kuartal beruntun, itu namanya resesi. Banyak negara sudah jatuh ke lembah resesi, dan Indonesia pun sepertinya demikian meski belum resmi karena data perubahan PDB kuartal III-2020 baru diumumkan pada 5 November mendatang.