
Masih Gak Percaya Utang Indonesia Aman? Intip Data Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf khusus Menteri Keuangan untuk Bidang Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin menegaskan bahwa utang pemerintah Indonesia dikelola dengan sangat hati-hati dan akuntabel.
"Bu Sri Mulyani dikenal prudent dalam menjaga fiskal kita, sehingga resiko yang ada masih manageable dan terjaga," ujarnya.
Pernyataan ini sebagai penjelasan bahwa banyak yang mengkhawatirkan besarnya utang luar negeri Indonesia. Dia juga mengatakan, dalam 4 tahun terakhir, kebijakan fiskal diarahkan untuk mengurangi angka primary deficit, sudah sangat mendekati angka positif di tahun ini, sebelum pandemi terjadi.
"Data ini adalah data utang luar negeri [ULN] total, termasuk swasta. Bukan semuanya utang Pemerintah Indonesia. ULN Pemerintah hanya 29.8% saja dari keseluruhan utang Indonesia yang tercantum di dalam International Debt Statistics 2021 yang diterbitkan Bank Dunia. Sisanya merupakan utang swasta. Jauh jika dibandingkan dengan rerata negara sesama kategori BBB Fitch, sebesar 51.7%", ungkap Masyita.
Menurutnya, membandingkan ULN antar negara perlu melihat nilai PDB-nya. Sebab hal ini ibarat membandingkan nilai KPR yang perlu disesuaikan dengan penghasilan. Dia menambahkan, berbanding dengan pendapatan domestik bruto (PDB), porsi utang Indonesia hanya 35.8% per Oktober 2019. Selain itu, ULN Indonesia juga jangka panjang membuat risiko fiskal untuk membayar kewajiban masih dapat dikendalikan.
"Untuk Indonesia sendiri, sebelum pandemi, ULN digunakan untuk membangun proyek-proyek strategis dengan tujuan untuk meningkatkan dan memeratakan pertumbuhan di seluruh pelosok," katanya menambahkan.
"Kita perlu menutup gap infrastruktur dan mengurangi biaya logistik agar dapat meningkatkan daya saing. Hal ini pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan imbuhnya.
Informasi saja, hingga Agustus 2020, utang pemerintah pusat naik Rp 914,74 triliun menjadi Rp 5.594,93 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Utang ini tercatat didominasi oleh SBN sebesar 84,82% dan pinjaman 15,18%.
Secara rinci, utang dari SBN tercatat sebesar Rp 4.745,48 triliun yang terdiri dari SBN Domestik Rp 3.510,24 triliun dan SBN Valas Rp 1.235,24 triliun.
Sedangkan utang melalui pinjaman tercatat Rp 849,45 triliun yang terdiri dari pinjaman dalam negeri Rp 10,87 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 838,59 triliun.
Sebelumnya Bank Dunia (World Bank) merilis laporan terbaru soal statistik utang internasional (International Debt Statistics) 2021. Dalam rilis tersebut lembaga ini melaporkan deretan negara low-middle income dengan jumlah utang luar negeri terbesar di dunia.
Ini diambil dari tahun 2009, 2015, 2016, 2017 dan 2019. Negara dengan utang terbesar di 2019 adalah China, di mana jumlahnya sebesar US$ 2,1 triliun.
Meski begitu, ternyata RI juga masuk ke dalam laporan itu. RI berada di posisi ke-7 dengan jumlah utang US$ 402,08 miliar.
Dalam rupiah, ini berati RI memiliki utang sebesar hampir Rp 5,9 triliun. Indonesia ada di bawah Turki yang menempati posisi ke-6 dengan jumlah utang US$ 440,78 miliar dan Argentina dengan jumlah utang US$ 279,30 miliar.
Dalam laporan itu, posisi utang luar negeri RI mengalami kenaikan. Di 2015, utang RI sebesar US$ 307,74 miliar, di 2016 US$ 318,94 miliar, sedangkan di 2017 US$ 353,56 miliar.
Sementara di 2018, utang RI 379,58 US$ miliar. Jika dibandingkan dengan data 2019, berarti ada kenaikan 5,9% dari posisi utang luar negeri di tahun itu.
(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tumpukan Utang Luar Negeri Indonesia
