
Benarkah Utang Pemerintah Kian Mengkhawatirkan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Utang pemerintah pusat kembali mendapat kritikan. Hal ini datang dari Anggota Komisi XI DPR RI Fraksi PKS Ecky Awal Mucharam.
Ecky menilai pemerintah terlalu jor-jor sehingga utang pemerintah pusat naik tajam dan sudah mencapai sebesar Rp 5.877,77 triliun per akhir Oktober 2020.
"Terjadi penambahan utang sebesar Rp 1.121 triliun hanya dalam satu tahun sejak Oktober 2019 hingga sekarang, ini mengkhawatirkan," kata Ecky melalui keterangan resmi yang dikutip Sabtu (28/11/2020).
Menurutnya lonjakan utang ini patut diwaspadai, terutama terkait dengan komposisi utang pemerintah yang didominasi oleh Surat Berharga Negara (SBN) dengan porsi lebih dari 80%.
Ia pun menilai permasalahan membengkaknya utang dipicu oleh kekurangtepatan dan kurang cermatnya pemerintah mengelola anggaran negara, terutama soal target pajak yang selalu meleset.
"Shortfall pajak selalu berulang dan kinerja perpajakan memburuk dalam lima tahun terakhir ini dengan rata-rata realisasi hanya sebesar 86%, itupun sebelum terjadi pandemi dan resesi seperti sekarang ini" kata Ecky.
Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkali-kali menegaskan, bahwa utang yang dilakukan pemerintah bukanlah pilihan melainkan keharusan. Terutama di kondisi Covid-19 saat ini.
Dimana pemerintah harus membantu masyarakat kelas bawah hingga pelaku usaha yang tertekan akibat pandemi ini. Caranya adalah dengan menambah belanja negara.
Namun, di satu sisi penerimaan negara terutama dari perpajakan harus diakui turun karena pelaku usaha yang juga tertekan dan tidak bisa membayar pajaknya.
Dengan kondisi ini, maka utang menjadi keharusan sebab, di satu sisi penerimaan negara turun tajam namun belanja harus tetap ditambah kan demi meminimalisir dampak Covid-19 ke perekonomian.
Ia pun selalu memastikan akan tetap mengelola utang dengan kehati-hatian sehingga nantinya bisa kembali ke kondisi normal dengan pelan-pelan menurunkan defisit anggaran yang saat ini diprediksi bisa melebar hingga 6,34% terhadap PDB hingga akhir tahun 2020.
"Beban APBN kita luar biasa berat dan ini terlihat dari sisi pembiayaannya," kata dia.
Bahkan ia mengatakan kenaikan utang yang tinggi tidak hanya terjadi di Indonesia. Tapi hampir seluruh negara di dunia baik di Amerika maupun Eropa.
"Jadi kalau kita lihat, semua negara terjadi kenaikan sangat tinggi utangnya. Proyeksi defisit di negara maju lainnya seperti Perancis, Italia, Inggris, Kanada di atas 10%," jelasnya.
(roy/roy)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Gak Percaya Utang Indonesia Aman? Intip Data Ini
