Berani & Prudent, DJPPR jadi DMO Terbaik di Asia Pasifik

Yuni Astutik, CNBC Indonesia
15 October 2020 13:50
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman  (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - DJPPR Kementerian Keuangan RI menyabet penghargaan diganjar penghargaan sebagai "The Best Debt Management Office" di Kawasan Asia Timur dan Pasifik pada tahun 2020 dariĀ majalah Global Markets.

"Penghargaan tidak akan pernah terjadi tanpa dukungan dan petunjuk dari Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani," ujar Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI, Luky AlfirmanĀ mengutip global capital di Jakarta, Kamis (15/10/2020).

Dia mengatakan, penghargaan ini akan didedikasikan kepada tim DJPPR, untuk kerja kerasnya sehingga penghargaan ini bisa dicapai. Dia mengatakan, ini adalah pencapaian luar biasa di tengah kondisi yang menantang saat ini.

"Perjalanan kita menjadi direktorat pengelolaan utang tidak berhenti sampai di sini, penghargaan ini akan menjadi pengingat dan motivasi untuk menjadi lebih baik untuk tahun yang akan datang," ujarnya.

Penghargaan tersebut dikantongi DJPPR bukan tanpa alasan. Indonesia dipandang sebagai salah satu negara penerbit surat utang yang paling handal dan sejajar dengan Filipina dan China.

Filipina adalah negara yang telah mengurangi ketergantungannya pada pendanaan luar negeri dalam beberapa tahun terakhir dan China yang akhirnya sadar akan potensi pasar. Tetapi melihat pasokan obligasi luar negeri negara tahun ini seharusnya cukup untuk menyelesaikan perdebatan. Indonesia bukan hanya salah satu penerbit surat utang paling mengesankan di kawasan ini; itu yang terbaik.

Selanjutnya, pemerintah mengambil sikap untuk tetap tenang menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak ada negara yang menerbitkan surat utang yang memiliki keyakinan seperti Indonesia selama pandemi Covid-19 berlangsung.

Indonesia menunjukkan kematangannya dalam menghadapi krisis. Pemerintah tetap fleksibel, menunjukkan kedewasaannya dan selalu mencari kesempatan yang ada.

Saat negara lain takut mengambil langkah dalam mengatasi krisis, Indonesia dengan berani menerbitkan US$ 4,3 miliar atau Rp 63,2 T (kurs Rp 14.700 per US$) surat utang dengan berbagai tenor pada April saat dunia masih dilanda kepanikan akibat virus corona.

Obligasi tersebut merupakan terobosan, meski tidak jadi diterbitkan dan Indonesia beralih ke obligasi konvensional. Tapi obligasi yang sempat diumumkan di luar negeri tersebut menjadi sebuah terobosan Indonesia dalam menghadapi pandemi, yang berkembang dengan cepat dalam tempo waktu yang sangat singkat.

Selanjutnya, pada Juni, Indonesia menerbitkan green sukuk senilai US$ 2,5 miliar, dengan format yang sama sejak 2018. Satu bulan kemudian, Indonesia berhasil menerbitkan Samurai Bond dan menjual 100 miliar yen (US$ 943 juta) atau setara dengan Rp 13 triliun (kurs Rp 14.700 per US$).

Baru-baru ini pemerintah mengadakan perjanjian dengan Bank Indonesia untuk Burden Sharing. Bank Indonesia merealisasikan dengan membeli US$ 40 miliar utang pemerintah dengan suku bunga efektif nol persen.

Sebagai informasi, Global Markets adalah media yang merupakan bagian dari Euromoney. Media ini rutin menggelar Global Markets Award Ceremony saat IMF-WB Annual Meeting.


(dob/dob)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Masih Butuh Rp 900 T, Kemenkeu Terbitkan Global Bond Lagi?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular