
Bos-Bos Pabrik Mobil Lagi Mau Dilobi RI, Kenapa Ya?

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Pemanfaatan kapasitas terpasang atau utilisasi pabrik mobil di Indonesia baru terpakai 56%, atau sebanyak 44% masih menganggur. Hal ini perlu dimaksimalkan dengan menggenjot pasar ekspor, terutama untuk melobi para prinsipal mobil di Indonesia termasuk Jepang untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat sumber ekspor ke negara-negara seperti Australia dan lainnya.
Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Kukuh Kumara mengaku sempat melakukan pertemuan dengan sejumlah Kementerian. Di antaranya Kementerian Bidang Perekonomian, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan juga Kementerian Luar Negeri.
Tujuan pertemuan tersebut adalah untuk meningkatkan produksi mobil ke depan dengan penguatan ekspor. Termasuk potensi melobi prinsipal atau bos-bos perusahaan otomotif di negara asal untuk memberi perhatian lebih ke Indonesia. Pemerintah diharapkan bisa ikut bergerak dalam melobi bos-bos otomotif yang umumnya dari Jepang.
"Ada juga Wakil Menteri Luar Negeri, Pak Mahendra Siregar. Kalau orang berpikir kita berusaha mengundang investor, kita bukan mengundang investor nih, kita minta prinsipal merelokasi order. Misal Australia dia perlu mobil. Kan lebih baik disuplai dari Indonesia dibanding Thailand. Indonesia kan lebih dekat," jelas Kukuh kepada CNBCÂ Indonesia, Selasa (13/10).
Indonesia memiliki potensi untuk merebut pasar ekspor yang dimiliki Thailand. Namun untuk menggeser, perubahan skema ekspor hanya bisa dilakukan jika prinsipal mengambil kebijakan secara langsung. Untuk itu, tangan pemerintah diperlukan untuk bisa ikut melobi.
"Waktu itu sudah bicara dengan Kemenperin, Kemenko untuk jalan bareng. Semacam safari ke prinsipal industri otomotif. Eh Anda punya kapasitas harus dioptimalkan, gimana caranya? Misalnya sekarang punya 5 varian, dibikin jadi 10 varian, volumenya juga," sebut Kukuh.
"Indonesia punya peluang, tinggal bikin produknya. Yang bisa putuskan prinsipal. Kita harus bicara dengan top level. Makanya kita ajak Menteri supaya ngomong sama CEO di sana. Kita harus ngomong dengan CEO BMW, CEO Mercedes Benz dan lainnya," jelas Kukuh.
Upaya tersebut harus dilakukan karena utilisasi produksi otomotif dalam negeri masih rendah, yakni hanya 56%, artinya sekitar 44% kapasitas menganggur. Kapasitas produksi 2,4 juta tapi baru memproduksi 1,3 juta. Meski harus terhalang Covid-19, namun rencana tersebut perlu dilakukan ke depannya.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pabrik Mobil Tak Terlalu Berharap Vaksin di 2021, Kenapa?