
Jangan Kaget, Konsumsi Pertamax Bakal Libas Premium, Bener?

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) memproyeksikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin dengan RON 92 atau dikenal dengan merek Pertamax akan terus meningkat, sehingga konsumsi Premium akan turun.
CEO Subholding Commercial and Trading Pertamina Mas'ud Khamid mengatakan tren penjualan BBM jenis gasoline (bensin) sudah mulai mengarah ke peningkatan volume penjualan BBM ramah lingkungan.
Seperti diketahui, Pertamina sebagai penjual mayoritas BBM retail di negara ini, tengah mengkaji varian produk BBM jenis bensin, termasuk penghapusan bensin dengan nilai oktan (Research Octane Number/ RON) di bawah 91 seperti Premium dan Pertalite, guna menyediakan bensin yang lebih ramah lingkungan.
Berbagai untuk mendorong penjualan BBM RON tinggi seperti Pertamax menurutnya sudah dilakukan sejak 2019. Dia mengatakan, pada awal 2019 atau tepatnya Januari 2019 perseroan menjual bensin sebesar 90 ribu kilo liter (kl) per hari, terdiri dari Premium 31.600 kl dan Pertamax sekitar 10.300 kl per hari.
Namun pada September 2020, lanjutnya, penjualan Premium tinggal 23.100 kl per hari, sementara Pertamax mencapai 10.600 kl.
"Kami berupaya comply dengan regulasi dan kami berusaha melakukan pola marketing penyaluran Premium tepat sasaran, sehingga Premium dari yang tadinya 31.600 kl per hari pada Januari 2019 menjadi sekitar 23.000 kl per hari pada September 2020," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Senin, (05/10/2020).
Lebih lanjut dia mengatakan pada 2024 Pertamina memproyeksikan penjualan bensin mencapai 106.400 kl per hari, di mana Pertalite masih mendominasi mencapai 61.200 kl, Premium turun menjadi 13.800 kl dan Pertamax naik menjadi 29.900 kl per hari.
"Jadi, pada 2024 Premium sudah kurang dari setengahnya dan Pertamax yang asalnya hari ini sekitar 10.000 kl menjadi 30.000 kl per harinya. Kalau regulasi tidak berubah dan hanya mengandalkan pola marketing, penjualan Premium akan jadi 1/3 penjualan Pertamax," ungkapnya.
Penjualan Pertamax tahun ini sekitar 9.900 kl per hari, turun 10,8% dibandingkan realisasi penjualan Pertamax pada 2019 di mana pada Desember mencapai 11.100 kl per hari. Proyeksi penurunan penjualan ini tak lain karena sebagai dampak dari adanya pandemi Covid-19 yang membatasi mobilitas warga, terutama saat diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pada September, penjualan harian Pertamax mencapai 10.600 kl per hari, turun 4,5% dibandingkan Desember 2019. Kendati demikian, menurutnya penjualan Pertamax pada September ini telah mengalami peningkatan dibandingkan saat awal pandemi pada April yang bahkan menyentuh titik terendah hanya sekitar 6.900 kl per hari.
Lalu, pada Mei mulai ada peningkatan menjadi 8.100 kl per hari, lalu 9.300 kl per hari pada Juni, lalu naik lagi menjadi 10.200 kl pada Juli dan 10.700 kl per hari pada Agustus 2020.
Pada 2020 ini Pertamina juga menargetkan Pertamax di jual di semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Selain itu, ditargetkan juga pengembangan 4.558 Pertashop di seluruh Indonesia sampai ke pelosok desa, sehingga masyarakat bisa membeli Pertamax dengan harga yang sama dengan harga di SPBU.
Mas'ud menyebut dari 5.834 SPBU yang ada, baru sebanyak 5.303 SPBU yang menjual Pertamax. Pada bulan Oktober ini ditargetkan akan bertambah sebanyak 133 SPBU, lalu November 186 SPBU, dan Desember 212 SPBU, sehingga sampai akhir tahun bisa mencapai 5.834 SPBU atau semua SPBU sudah menjual Pertamax.
"Hari ini dari 5.834 itu yang menjual Pertamax Turbo dan Dex baru 20%, di akhir tahun akan lanjutkan jadi 30%. Kenapa Turbo tidak digeber seperti Pertamax? karena pertimbangan daya beli," tuturnya.
Dia mengatakan, biaya konsumsi energi rata-rata per tumah tangga sekitar 5%-5,5% dari pendapatan bulanan. Adapun daya beli masyarakat Indonesia untuk bensin maksimal Rp 7.000-Rp 8.000 per liter.
"Kalau digeber harus beli bensin di atas Rp 10.000 per liter itu akan berat. Itu yang mendasari transisi bertahap dari Premium, Pertalite, Pertamax baru ke Turbo," jelasnya.
Sementara target penambahan Pertashop pada 2020 sebanyak 4.558 outlet. Saat ini sudah ada 692 outlet Pertashop, lalu pada Oktober bertambah 967 Pertashop, November 1.353 Pertashop, dan Desember 1.546 Pertashop, sehingga total tahun ini bisa mencapai 4.558 outlet Pertashop.
Dia mengatakan perseroan menargetkan 77.000 desa memiliki outlet Pertashop. Selain itu, perseroan juga menargetkan penambahan outlet sebanyak 10.000 titik per tahun pada 2021-2024.
"Mudah-mudahan ini ada respon positif dari Kemendagri dan Kementerian Desa, sehingga nanti pada 2024 punya 45.000-46.000 Pertashop baru. Artinya, lebih dari setengah desa sudah terjangkau Petamina. Nanti bakal jual LPG non subsidi dan oli Pertamina," ujarnya.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Premium Dikaji Bakal Dihapus, Pertamina Gencar Jual Pertamax