Harga Solar Domestik Pertamina Lebih Mahal daripada Ekspor?

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
05 October 2020 18:40
Dok.Pertamina Balikpapan
Foto: Dok.Pertamina Balikpapan

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) melalui Refinery Unit (RU) V Balikpapan mengekspor produk minyak solar/ biosolar jenis High Speed Diesel (HSD) sejumlah 200 ribu barel atau setara 31.800 kilo liter (kl) ke negeri jiran Malaysia pada bulan lalu, tepatnya 5 September 2020.

Namun demikian, ekspor HSD tersebut menimbulkan kontroversi karena harga jual HSD ekspor tersebut lebih murah dibandingkan harga jual solar di dalam negeri.

Menjawab isu tersebut, Direktur Utama PT Kilang Pertamina International (KPI) Ignatius Tallulembang menjelaskan bahwa harga ekspor lebih murah daripada harga domestik karena dua faktor yakni harga ekspor tersebut masuk ke dalam kategori yang harus segera dijual atau dalam kondisi mendesak dan penjualan kargo mendesak ini sangat terbatas dilakukan, dalam kasus ini yang dijual 1 kargo atau setara degan volume 30.000 kl untuk menghindari kilang berhenti operasi.

Dia menyebut selama masa pandemi kilang Pertamina dioperasikan dengan kapasitas minimum 75%.

Meski sudah dengan kapasitas minimum, namun menurutnya masih menghasilkan solar berlebih sebagai dampak dari rendahnya konsumsi dalam negeri akibat Covid-19.

"Dengan kapasitas tersebut, masih menghasilkan solar berlebih. Selama masa pandemi Covid-19 ini konsumsi masyarakat memang sangat rendah, sehingga penampungan kita tidak mampu lagi, pilihannya setop unit atau cari alternatif pasarkan," paparnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VII DPR RI, Senin (05/10/2020).

Lebih lanjut dia mengatakan, harga jual ditentukan oleh harga pasar, sehingga dilepas dengan harga saat itu. Langkah ini diambil karena kemampuan tangki penyimpanan (storage) yang terbatas, sehingga harus segera dicarikan solusi.

"Itu yang menjadi konsideran kenapa harus menjual produk solar ini ke luar negeri dan tentu harga jualnya menentukan harga pasar, tentunya dibeli sesuai dengan harga pasar," jelasnya.

Sebelumnya, pada awal September lalu Pertamina melalui Refinery Unit V Balikpapan melakukan ekspor perdana yakni pengapalan dan penyaluran produk minyak solar/ biosolar HSD 50 PPM Sulphur ke negeri jiran Malaysia sejumlah 200.000 barel atau setara dengan 31.800 kl melalui kapal MT Ridgebury Katherine Z.

Ekspor perdana HSD tersebut dilakukan dalam menjawab tantangan dan permintaan pasar akan bahan bakar diesel bermutu tinggi. Pengapalan HSD pada Sabtu (05/09/2020) itu disaksikan langsung oleh General Manager RU V Balikpapan, Eko Sunarno beserta jajarannya.

Kapal yang mengangkut produk HSD 0.005-%S akan menempuh waktu 4-5 hari hingga sampai ke Malaysia dengan bernilai ekspor US$ 9,5 juta atau setara dengan Rp 138 miliar (kurs Rp 14.500/US$).

Eko Sunarno pada sambutannya mengungkapkan bahwa produk ini merupakan hasil dari fraksi diesel di Unit Secondary Kilang RU V Balikpapan, memiliki kualitas Sulphur 50 ppm atau setara dengan produk diesel standard Euro 4 di mana merupakan produk bahan bakar mesin diesel terbaru yang pernah diproduksi kilang RU V.

"Tentunya akibat pandemi Covid-19 menyebabkan adanya penurunan demand akan bahan bakar, milestone yang baik bagi kita Pertamina terkhusus RU V untuk berkomitmen mengupayakan keberlanjutan pasokan energi dan operasional kilang dengan menjawab tantangan dan demand pasar akan produk HSD tersebut," katanya, dalam siaran pers, dikutip Minggu (06/09/2020).


(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Menggeliat, Penjualan BBM Pertamina Dekati Normal

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular