
Efek Covid, 3,8 Juta Orang di AS Jadi Pengangguran Selamanya

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Covid-19) benar-benar memberikan pukulan telak bagi ekonomi Amerika Serikat, dengan jutaan pekerja kehilangan pekerjaan mereka selamanya.
Data Biro Statistik Tenaga Kerja AS mengungkapkan bahwa jumlah angka pengangguran yang kehilangan pekerjaan secara permanen naik sebesar 345.000 pada September, menjadikan total 3,8 juta orang menganggur selama tujuh tahun terakhir.
Persentase yang diklasifikasikan sebagai pengangguran permanen naik menjadi 35,6% pada September, naik dari hanya 11,1% pada April sebelumnya.
Namun sebelumnya, ukuran pasar tenaga kerja AS memang sudah mulai tenggelam tiga kali lipat ke level terendah selama 19 tahun terakhir pada Februari 2020 kemarin, tepat sebelum wabah corona menyapu AS.
Ini artinya, para pekerja yang dihentikan sementara atau diberikan cuti tanpa bayaran adalah mereka yang sudah pasti menjadi pengangguran permanen karena banyaknya bisnis yang tutup.
Dalam beberapa minggu terakhir, perusahaan besar termasuk Disney, perusahaan asuransi raksasa AllState, dan Raytheon Technologies masing-masing telah mengumumkan ribuan PHK. Goldman Sachs juga memangkas ratusan pekerjaan setelah sebelumnya menghentikan PHK selama pandemi.
Industri penerbangan juga mencatat sejarah terburuk, dengan American Airlines dan United Airlines mengumumkan rencana untuk memangkas total 32.000 pekerja setelah gagal mendapatkan lebih banyak bantuan dana dari federal.
"Kerusakan ekonomi kemungkinan akan menjadi lebih jelas pada Q4 karena lebih banyak perusahaan akhirnya mulai menyerah, melaporkan penutupan dan PHK," tulis Seema Shah, kepala strategi di Principal Global Investors, dalam sebuah catatan pada Jumat (2/10/2020).
Meskipun begitu, tetap ada kabar baik dari AS. Sebanyak 661.000 pekerja mulai bekerja pada September, setelah aturan penguncian dicabut dan banyak bisnis yang kembali dibuka.
Goolsbee, profesor di Sekolah Bisnis Booth Universitas Chicago, mengatakan meningkatkan jumlah pengangguran permanen, membuat pemulihan bisa memakan waktu bertahun-tahun.
"Jika kita berada di jalur untuk pulih hanya dua pertiga. Kemudian jutaan bisnis bangkrut dan pekerjaan di sana hilang selamanya, kita akan bertahun-tahun mencoba untuk kembali ke jalur yang kita jalani sebelumnya," kata Goolsbee, dikutip dari CNN International.
Kehilangan pekerjaan secara permanen tentu akan mempengaruhi perekonomian. Orang yang tidak bekerja akan melemahkan roda perekonomian, sebab mereka akan berhenti berbelanja.
Risiko tersebut diperbesar oleh fakta bahwa Kongres AS sejauh ini gagal memberikan stimulus fiskal tambahan, meskipun perekonomian di Negeri Paman Sam terbukti sangat membutuhkan hal tersebut.
AS kini menduduki peringkat pertama kasus corona terbanyak di dunia, dengan 7.600.846 kasus terjangkit, 214.277 kematian, dan 4.818.509 pasien berhasil sembuh per Minggu (04/10/2020), menurut data Worldometers.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Klaim Pengangguran AS Turun tapi Risiko Gelombang 2 Mengintai