
Armenia Azerbaijan Masih Perang, S-300 Rusia vs F-16 Turki

Jakarta, CNBC Indonesia - Armenia dan Azerbaijan masih terus berperang. Keduanya sudah bertempur sejak Minggu (27/8/2020) dan menolak seruan internasional untuk berdamai di wilayah Nagorny-Karabakh yang disengketakan.
Armenia disebut meluncurkan sistem rudal S-300 Rusia dari perbatasan area itu, yakni Yereva. Ini ditegaskan Kementerian Pertahanan Azerbaijan.
Kementerian Pertahanan Azerbaijan bahkan berjanji akan menghancurkan rudal tersebut. "Sistem militer akan dihancurkan oleh tentara Azerbaijan," ujar Juru Bicara Kemenhan Kolonel vagif Dargahli dikutip Anadolu, Rabu (30/9/2020).
F-16 Turki juga dikabarkan menggempur wilayah yang menjadi kantong etnis Armenia tapi masuk ke dalam teritori Azerbaijan ini. Menurut Armenia, F-16 Turki menembak jatuh pesawat tempur SU-25 setelah lepas landas dan menewaskan pilot.
![]() An Armenian serviceman fires a cannon towards Azerbaijan positions in the self-proclaimed Republic of Nagorno-Karabakh, Azerbaijan, Tuesday, Sept. 29, 2020. Armenian and Azerbaijani forces accused each other of attacks on their territory Tuesday, as fighting over the separatist region of Nagorno-Karabakh continued for a third straight day following the reigniting of a decades-old conflict. (Sipan Gyulumyan/Armenian Defense Ministry Press Service/PAN Photo via AP) |
"Sebuah pesawat SU-25 Armenia telah ditembak jatuh oleh pesawat perang F-16 Turki ... yang terbang dari wilayah Azerbaijan," tulis Juru Bicara Kementerian Pertahanan Armenia Shushan Stepanyan di Facebook, sebagaimana dikutip dari AFP.
"Pilot Armenia secara heroik tewas."
Sementara itu, dilansir di AFP, dua ledakan terdengar di kota utama Nagorny-Karabakh, Stepanakert, Rabu tengah malam waktu setempat. Penduduk mengatakan kota diserang drone.
Jalan-jalan gelap dengan penerangan umum dimatikan meskipun demikian beberapa toko masih buka secara darurat di kota itu. Hingga saat ini hampir ratusan orang menjadi korban akibat perang.
Sebelumnya, 4 anggota Dewan Keamanan PBB dan dua resolusi Majelis Umum PBB, serta banyak organisasi internasional, menuntut perang dihentikan.
Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Prancis Emmanuel Macron misalnya telah menyerukan penghentian total pertempuran dan siap untuk meningkatkan upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik.
![]() Russian President Vladimir Putin attends a cabinet meeting at the Novo-Ogaryovo residence outside Moscow, Russia, Tuesday, Aug. 11, 2020. Putin says that a coronavirus vaccine developed in the country has been registered for use and one of his daughters has already been inoculated. Speaking at a government meeting Tuesday, Aug. 11, 2020, Putin said that the vaccine has proven efficient during tests, offering a lasting immunity from the coronavirus. (Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP) |
"Vladimir Putin dan Emmanuel Macron meminta pihak yang bertikai untuk menghentikan tembakan sepenuhnya dan secepat mungkin, mengurangi ketegangan dan menunjukkan pengendalian maksimum," kata Kremlin.
Kedua negara tergabung dalam OSCE Minsk Group, bersama AS, yang dibentuk pada tahun 1992 dan berhasil mendamaikan kedua negara saat perang tahun 1994.
Konflik di Nagorno-Karabakh bukan hal baru. Ini terjadi sejak lama tahun 1991. Nagorno-Karabakh berada di dalam teritori Azerbaijan tetapi ia dijalankan oleh etnis Armenia.
Saat Uni Soviet runtuh, Nagorno-Karabakh adalah wilayah mayoritas etnis Armenia namun Kremlin yang memegang kendali memberikan wilayah itu pada otoritas Azerbaijan.
Ini membuat dorongan memisahkan diri terjadi, perbedaan mayoritas Nagorno-Karabakh yang Kristen dan Azerbaijan yang Muslim semakin memperkeruh persoalan.
Perang kedua negara menyalakan kembali kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan. Apalagi ini adalah tempat koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia.
(sef/sef) Next Article Mengapa Armenia-Azerbaijan Perang?
