
Ekonomi RI Kuartal IV Bisa Positif, Asalkan PSBB DKI Dicabut!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020 akan kembali terkontraksi. Pertumbuhan ekonomi sebenarnya bisa positif, asalkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tidak terus diperpanjang di DKI Jakarta.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), DKI Jakarta menyumbang 17,7% dari total output ekonomi tanah air. Tercermin dari pada kuartal II-2020 pada saat PSBB Jilid I diterapkan awal April hingga akhir Mei 2020.
Seperti diketahui, ekonomi Jakarta pada kuartal II-2020 -8,22% (year on year/yoy) dan hal serupa juga dialami oleh perekonomian Indonesia pada kuartal II-2020 yang mengalami -5,32%.
Oleh karena itu, menurut Kepala Ekonom BCA David Sumual, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2020 tergantung dari beberapa faktor, salah satunya adalah apakah kebijakan PSBB dilanjutkan atau tidak.
"Pertumbuhan ekonomi kuartal IV-2020 ini memang tergantung beberapa hal. PSBB kan berlanjut dua minggu sampai Oktober. Artinya tergantung, karena DKI itu dominan di dalam ekonomi kita," jelas David kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/9/2020).
"Jakarta itu dominan di dalam perekonomian nasional. Semakin lama PSBB-nya, tentu akan mempengaruhi pemulihan. Pemulihan di kuartal IV-2020 ini juga bisa jika belanja pemerintah di percepat," kata David melanjutkan.
Kendati demikian, David memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020 kemungkinan masih akan tumbuh positif, meski sebenarnya pertumbuhannya masih sangat lemah. Sekali lagi dia menekankan, negatif atau tidaknya pertumbuhan ekonomi di kuartal IV tergantung apakah PSBB di DKI dilanjutkan kembali atau tidak.
"Di kuartal IV masih di kisaran di bawah 2%. Kalaupun dia gak negatif. Negatif atau tidaknya tergantung PSBB tadi," ujarnya.
VP Economist Bank Permata Josua Pardede justru memandang pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2020 diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan negatif -1,75% hingga 0,75% (year on year).
Proyeksi pertumbuhan ekonomi yang masih negatif di kuartal IV-2020 tersebut kata Josua karena dipengaruhi oleh masih lambatnya pemulihan ekonomi di tengah terbatasnya aktivitas perekonomian. Ditambah dengan ketidakpastian adanya vaksin virus corona di Indonesia.
"Meskipun di berbagai belahan dunia pengembangan vaksin diperkirakan dapat selesai di akhir tahun. Namun, distribusi vaksin ke negara-negara berkembang seperti Indonesia mungkin baru akan sampai 2021," jelas Josua kepada CNBC Indonesia, Rabu (30/9/2020).
Bahkan, menurut Ekonom INDEF Bhima Yudhistira perekonomian Indonesia diniliai tidak hanya resesi, tapi bisa berlanjut menuju arah depresi jika perekonomian masih belum bangkit.
Menurutnya, untuk tahun ini perekonomian tidak hanya negatif hingga kuartal III, tapi bisa berlanjut ke kuartal IV. Bahkan pelemahannya bisa lebih tinggi dari kuartal III.
Pelemahan di kuartal IV bisa lebih dalam karena ada liburan Natal dan Tahun Baru yang biasanya memberikan kontribusi cukup besar untuk konsumsi rumah tangga. Namun, dengan masih tingginya angka penularan Covid-19 maka dipastikan masyarakat masih akan menahan belanja.
"Resesi ekonomi bisa berlanjut ke depresi ekonomi jika kuartal ke II dan III tahun 2021 masih belum positif pertumbuhan PDB nya. Titik terendah ekonomi belum bisa terlihat," ujar Bhima.
(dru)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pak Anies! Bila DKI PSBB Total, Pengusaha Minta Syarat Ini