BI Ramal September Ada Inflasi, Daya Beli Sudah Kembali?

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 September 2020 14:22
Antrian Sembako di Kelurahan Pondok Kelapa AP/Achmad Ibrahim
Foto: Antrian Sembako di Kelurahan Pondok Kelapa AP/Achmad Ibrahim

Inflasi yang rendah mengindikasikan daya beli yang lemah. Tergerusnya daya beli membuat permintaan barang dan jasa juga melambat bahkan merosot. Hal ini juga tercermin dari penerimaan pajak untuk pos Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Berdasarkan data dari realisasi APBN bulan Agustus lalu, nilai setoran PPN & PPnBM pada periode Januari-Agustus mencapai Rp 255,38 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 11,59% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu.

Nilai Setoran PajakSumber: APBN KiTa bulan Agustus 2020 Kementerian Keuangan

Apabila dicermati lebih lanjut, nilai setoran PPN dalam negeri mencapai Rp 157,83 triliun pada periode delapan bulan berjalan tahun ini. Angka setoran tersebut masih terkontraksi sebesar 6,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Setoran PajakSumber : APBN KiTa bulan Agustus Kementerian Keuangan

Tak bisa dipungkiri, daya beli masyarakat tergerus akibat pandemi Covid-19 yang merebak di dalam negeri. Untuk menyelamatkan perekonomian dari kemerosotan lebih lanjut dan agar resesi tidak berjalan lama, pemerintah dan bank sentral menggelontorkan stimulus jumbo. 

Pemerintah sendiri sudah menganggarkan lebih dari Rp 600 triliun untuk mendongkrak perekonomian. Sementara itu BI selaku otoritas moneter telah memangkas suku bunga acuannya 100 basis poin (bps) sepanjang tahun ini.

Pemerintah dan BI juga bekerja sama dengan melakukan skema berbagi beban (burden sharing). Melalui skema ini BI akan membantu menambal defisit anggaran pemerintah untuk pembiayaan public goods.

Hanya saja ekonomi Indonesia tak bisa terselamatkan dari jurang resesi. Kontraksi output perekonomian masih akan berlanjut di kuartal ketiga. Dalam prediksi terbarunya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada kuartal III-2020 berpotensi terkontraksi -1% hingga -2,9%. Sementara untuk sepanjang 2020, proyeksinya berada di -0,6% sampai -1,7%.

Adanya kebutuhan untuk mendongkrak perekonomian Tanah Air dan inflasi yang lebih rendah dari target sasaran membuat BI masih berpeluang untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps lagi. Dalam Tinjauan Kebijakan Moneter BI bulan Agustus uang beredar tumbuh 19,3% (yoy) untuk M1 dan 13,3% (yoy). Peningkatan M2 dikarenakan oleh operasi keuangan yang dilakukan pemerintah.

Namun BI menyoroti bahwa seiring pertumbuhan uang kuasi yang meningkat dipengaruhi oleh likuiditas masih tertahan di bank. Harapannya ke depan kebijakan moneter ekspansif BI ini dapat membuat perbankan lebih memacu penyaluran kreditnya lagi agar perekonomian kembali terdongkrak. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular