Covid-19

Saat Orang Ramai-Ramai Demo Menolak 'PSBB'

News - Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
27 September 2020 21:18
A man is arrested during a mass gathering protest organised by the group called 'UK Freedom Movement', in Hyde Park in London as the country is in lockdown to help stop the spread of coronavirus, Saturday, May 16, 2020. The group claims that the coronavirus lockdown is illegal. (AP Photo/Kirsty Wigglesworth) Foto: Demo Inggris di Tengah Pandemi (AP/Kirsty Wigglesworth)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah negara di dunia telah kembali menerapkan pembatasan ketat, atau semacam 'PSBB' di Indonesia demi mencegah penyebaran lebih lanjut dari wabah virus corona (Covid-19), termasuk Spanyol dan Inggris.

Namun banyak warga di kedua negara itu yang menyampaikan protes penolakan secara langsung dari kebijakan 'PSBB' atau lockdown parsial.

Di Madrid misalnya, Ibu kota Spanyol itu telah dilanda demo yang menentang penerapan kembali aturan penguncian (lockdown) parsial yang diumumkan pemerintahnya. Penolakan itu dilakukan utamanya di lingkungan warga berpenghasilan rendah yang padat penduduk.

Spanyol telah kembali menerapkan aturan lockdown parsial sejak 21 September. Langkah itu mempengaruhi sekitar 850.000 orang, di mana mereka tidak diizinkan keluar rumah kecuali untuk alasan pekerjaan, sekolah atau medis.

Taman dan restoran di sejumlah kota juga ditutup dan dibatasi operasinya, hanya diizinkan buka hingga pukul 10 malam.

Pemerintah juga berencana untuk melakukan pembatasan lagi pada Senin besok (28/9/2020). Namun, langkah yang akan mempengaruhi 167.000 orang itu ditentang habis-habisan.

"Ini bukan pengurungan, ini pemisahan!" teriak pendemo di tengah kerumunan di luar gedung parlemen pemerintah daerah Madrid di distrik selatan Vallecas. Wilayah ini merupakan salah satu lingkungan di selatan yang terkena dampak tindakan penguncian parsial yang mulai berlaku pekan lalu, menurut AFP.

Para pengunjuk rasa bahkan menyerukan pengunduran diri pemimpin daerah konservatif Madrid Isabel Diaz Ayuso. Ia telah menuai kritik dari warga setelah mengatakan bahwa gaya hidup orang-orang di daerah yang terkena dampak turut menjadi penyebab meningkatnya kasus Covid-19 Spanyol.

Selain di Spanyol, penolakan terhadap pembatasan skala besar juga terjadi di Inggris. Pada Sabtu sore lalu terjadi demo besar di depan Trafalgar Square London untuk menentang aturan pembatasan yang diumumkan pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson.

Ribuan orang, yang sebagian besar tidak mengenakan masker, memenuhi alun-alun ikonik itu. Mereka berkumpul mendengarkan pembicara yang mengkritik pembatasan yang diberlakukan pemerintah. Mereka menyebut pembatasan sebagai reaksi berlebihan terhadap pandemi, membatasi hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan berekspresi publik.

"Kerumunan di Trafalgar Square belum mematuhi ketentuan penilaian risiko mereka dan menempatkan orang dalam bahaya penularan virus," kata polisi yang bertugas mengamankan di lokasi dalam sebuah pernyataan.

"Kami sekarang meminta mereka yang berada di Trafalgar Square untuk pergi," kata polisi itu mengutip CNBC International.

Sebelumnya pada awal pekan lalu, pemerintah Inggris telah menerapkan jam malam bagi bar dan restoran. Mereka hanya bisa beroperasi hingga jam 10 malam. Selain itu, aturan pencegahan penularan seperti memakai masker dan menjaga jarak juga diperketat, dengan ancaman denda yang sangat tinggi.

Baik Spanyol maupun Inggris sama-sama menjadi negara yang memiliki kasus corona terbanyak di Eropa dan dunia. Inggris saat ini memiliki 429.277 kasus Covid-19 dengan 41.971 kematian, menjadikannya negara ke-14 dengan kasus corona terbanyak di dunia.

Sementara Spanyol yang memiliki 735.198 kasus dan 31.232 kematian secara nasional, berada di urutan ke-7 daftar negara dengan kasus corona terbanyak di dunia.


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Anies Perpanjang PSBB DKI 4 Juni, Jadi PSBB Terakhir


(hoi/hoi)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading