
Proyek Rp 2,6 T Kilang TPPI Ditargetkan Tuntas Q1 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI), unit usaha PT Pertamina (Persero), menargetkan penyelesaian Proyek Revamping Platforming dan Aromatik senilai US$ 180 juta atau sekitar Rp 2,6 triliun (asumsi kurs Rp 14.800 per US$) bisa tercapai pada awal 2022, sehingga pada kuartal I 2022 ini diharapkan kilang bisa beroperasi penuh.
Hal itu disebutkan Presiden Direktur TPPI Yulian Dekri dalam keterangan resmi perusahaan pada hari ini, Kamis (24/09/2020).
Yulian mengatakan saat ini proyek pada tahap pengerjaan Basic Engineering Design Package (BEDP) yang dikerjakan UOP sejak 27 Maret 2020, dan ditargetkan akan tuntas pada akhir September ini.
Selain itu, pembangunan lima tangki juga sedang dikerjakan dan ditargetkan akan selesai pada pertengahan Desember 2021.
"Pekerjaan revamping ini akan dilaksanakan pada awal 2022 bersamaan dengan pelaksanaan turn around (perawatan), sehingga pada kuartal I 2022 diharapkan kilang sudah dapat beroperasi secara penuh," tuturnya.
Proyek revamping ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas platforming unit menjadi 55.000 barel per hari (bph) dari 50.000 bph saat ini, serta meningkatkan kapasitas produksi Paraxylene menjadi 780.000 ton per tahun dari saat ini 600.000 ton per tahun.
Terkait dengan dukungan TPPI untuk mengurangi produk impor Paraxylene, menurutnya TPPI sudah mulai mengoperasikan unit produksi Paraxylene sejak Agustus 2020 secara dual mode yang menghasilkan produk petrokimia dan produk BBM.
"Ini juga akan ditingkatkan secara bertahap," kata Yulian.
Direktur Pemasaran TPPI Darius Darwis menambahkan, kebutuhan domestik Paraxylene saat ini sebesar satu juta ton per tahun, sedangkan pemasok dari dalam negeri, selain TPPI, adalah hanya Kilang RU IV Pertamina yang mempunyai kapasitas produksi sekitar 200.000 ton per tahun. Dengan demikian, imbuhnya, selama TPPI tidak berproduksi, terdapat impor Paraxylene sekitar 800.000 ton per tahun.
Untuk mengurangi impor Paraxylene pada 2021, TPPI merencanakan akan memproduksi Paraxylene sebesar 280 ribu ton per tahun, sehingga total produksi Paraxylene dalam negeri menjadi 500 ribu ton per tahun.
"Hal ini dapat mengurangi impor sejumlah 50% dari kebutuhan dalam negeri dan menurunkan current account deficit sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo saat mengadakan kunjungan ke TPPI tahun lalu," ujar Darius.
Hal tersebut dilaporkan Direksi dan Komisaris TPPI Ardhy N. Mokobombang kepada Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita kemarin, Rabu (23/09/2020).
Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyambut baik dan mendukung TPPI dalam melaksanakan proyek revamping ini, mengingat produk-produk petrokimia khususnya produk aromatik ini sangat dibutuhkan di dalam negeri dan diimpor oleh berbagai perusahaan di Indonesia.
"Dengan memenuhi kebutuhan impor Paraxylene tersebut, peran TPPI dalam mengurangi impor dan current account deficit Indonesia menjadi sangat signifikan, dan ini sangat baik untuk membangkitkan perekonomian Indonesia," tutur Agus.
Seperti diketahui Pertamina telah mengakuisisi TPPI pada akhir 2019 lalu.
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tender Fasilitas Produksi TPPI, Pertamina Jamin Transparan