
AS Vs China Bakal Perang? Jokowi hingga Macron Beri Warning!

Jakarta, CNBC Indonesia - Sidang umum PBB ke-75 pekan ini digelar. Sejumlah kepala negara hadir secara virtual dan memberi pandangannya.
Ketegangan antara dua negara penguasa ekonomi, Amerika Serikat (AS) dan China di segala lini, baik perdagangan, teknologi, corona, Taiwan hingga Laut China Selatan menjadi perhatian banyak pemimpin dunia. Bagaimana tidak, "perang dingin" yang ada ditakutkan berubah menjadi konfrontasi nyata.
Dalam pidato Rabu (23/9/2020) misalnya, Presiden AS Donald Trump di depan PBB, mendesak pertanggungjawaban China karena dianggap gagal menangani virus corona (Covid-19). Bukan rahasia, kalau corona, pertama kali ditemukan dan mewabah di Wuhan, China.
China tegas menolak tudingan tersebut. Xi Jinping, dalam pidatonya ditempat yang sama, justru menyindir balik peran AS di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Trump sebagaimana diketahui menarik AS dari WHO. Xi menegaskan menolak politisasi masalah dan stigmatisasi yang dilakukan.
Hal ini tentu membuat sejumlah pihak memberi peringatan pada ketegangan keduanya. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan kepada 193 anggota Majelis Umum bahwa segala sesuatu harus dilakukan guna menghindari "Perang Dingin" karena itu sangat berbahaya.
"Dunia kita tidak mampu memiliki masa depan di mana dua ekonomi terbesar membelah dunia dengan sangat parah," katanya dikutip dari AFP.
"Risiko kesenjangan teknologi dan ekonomi pasti berubah menjadi perpecahan geo-strategis dan militer. Kita harus menghindari ini dengan cara apa pun."
Hal senada juga dikatakan Presiden RI Jokowi. Ia menegaskan pentingnya kawasan yang damai, stabil dan sejahtera.
"Perang tidak akan menguntungkan siapapun. Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam," tegas Jokowi.
Sementara itu Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta pemimpin dunia tidak membiarkan diri didominasi perebutan kekuasaan geopolitik antara AS dan China. Pemimpin Prancis itu juga menyerukan "konsensus baru modern" untuk mengatasi tantangan global.
"Dunia saat ini tidak dapat direduksi menjadi persaingan antara China dan AS, terlepas dari bobot global negara-negara besar ini," katanya dikutip dari France 24.
(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Xi Jinping Dukung Trump Kembali Jadi Presiden AS?
