
Sederet Ramalan Ngeri & Fakta-Fakta RI Jatuh ke Jurang Resesi

Mau bagaimana lagi, virus yang ganas dan terus menginfeksi banyak orang di dalam negeri telah membuat sentimen masyarakat dan dunia usaha memburuk. Sebagai negara dengan ukuran populasi 269 juta jiwa, konsumsi merupakan tulang punggung perekonomian RI.
Hanya saja tulang punggung penopang ini keropos. BPS melaporkan saat pandemi Covid-19 merebak pendapatan 4 dari 10 orang Indonesia berkurang.
Pendapatan yang berkurang tentu membuat daya beli tergerus. Artinya ada tekanan dari sisi demand. Hal ini tercermin dari indikator inflasi yang rendah dan bahkan deflasi dua bulan beruntun pada Juli dan Agustus.
Indikator inflasi inti yang mencerminkan willingess konsumen untuk spending juga terus melambat (disinflasi). Sebelum pandemi merebak inflasi inti Indonesia berada di angka mendekati 3%. Namun kini susut dan hanya berada di angka 2,03% pada Agustus lalu.
Ketidakpastian seputar kapan wabah akan berakhir juga memberatkan para pelaku dunia usaha. Mengutip dokumen Analisis Hasil Survei Dampak Covid-19 terhadap Pelaku Usaha keluaran Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 82,85% dari responden yang berjumlah 34.559 unit usaha mengaku mengalami penurunan pendapatan.
Menghadapi penurunan pendapatan yang entah sampai kapan, 'napas' dunia usaha semakin tipis. Sekitar 19% pelaku usaha memperkirakan mereka hanya bisa bertahan maksimal hingga tiga bulan ke depan.
Satu lagi yang perlu diperhatikan, lebih dari 45% pengusaha belum memikirkan rencana ekspansi selepas pandemi virus corona berakhir. Mau bagaimana lagi, lebih baik berpikir bertahan hidup dulu, tidak usah macam-macam.
(twg/twg)