Respons Tak Diduga Pengusaha Saat RI Dipastikan Resesi

Ferry Sandi, CNBC Indonesia
23 September 2020 18:00
Suasana gedung perkantoran di Jakarta, Kamis (20/9/2018). Lembaga riset properti Colliers International Indonesia dalam laporannya menyebutkan ada 500.000 ribu square meter lahan perkantoran baru yang siap disewakan di Jakarta hingga akhir 2018. Di mana 64% di antaranya berada di kawasan sentral bisnis atau Central Business Dictrict (CBD).Sayangnya, naiknya jumlah kantor tidak diikuti dengan kenaikan permintaan. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Gedung (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kalangan pengusaha tak mempersoalkan soal status Indonesia yang dipastikan masuk fase resesi ekonomi. Hal ini setelah Menteri Keuangan Sri Mulyani meramal ekonomi triwulan III-2020 mencapai minus 2,9% sampai minus 1,0%.

Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perdagangan Benny Soetrisno menilai Indonesia memang sulit untuk lepas dari keadaan resesi karena dampak pandemi covid-19. Namun, ia meyakini berbeda dengan kondisi pada triwulan III-2020 yang masih minus, bakal terjadi perbaikan pada triwulan IV-2020.

"Lebih baik dong ada pertumbuhan 4%. Kuartal II -5,32 ke tumbuh -1 di kuartal III," sebutnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/9).

Melihat prediksi tersebut, maka yang terpenting adalah memperbaiki pertumbuhan ekonomi di kuartal ke-4. Ia yakin bakal ada perbaikan ke depannya. Namun, yang terpenting adalah memulihkan daya beli masyarakat terlebih dahulu.

"Kalau kuartal 4 ada pertumbuhan 4% lagi udah +3. Yang harus dipertahankan kemampuan daya beli. Kalau sisi produksi udah cukup, utilisasi kapasitas belum terpenuhi semuanya. Akibat daya beli yang belum pulih maka belum bisa diambil barang semua," sebutnya.

Pengusaha lain juga tak terlalu khawatir soal status resesi. Namun, justru yang ditakutkan pengusaha adalah pandemi covid-19 yang belum ada kepastian kapan berakhir.

"Bagi pengusaha kekhawatiran soal resesi itu pasti ada, tapi kekhawatiran itu tak seperti 2008 dan 1998, kalau dulu fundamental ekonomi rontok seperti perbankan, kalau sekarang kuat," kata Ketua DPD HIPPI DKI Jakarta/Anggota LKS Tripartit Nasional/Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang, kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/9).

Ia mengatakan bila pada kuartal III-2020 saat diumumkan nanti, ekonomi Indonesia minus, maka saat ini sebenarnya proses resesi itu sedang berlangsung. Sarman menegaskan justru yang paling ditakutkan pengusaha adalah bukan soal resesi atau tidak, tapi soal apakah ada kepastian kapan pandemi ini akan berakhir.

"Bagi pengusaha, walau kita masuk resesi, tak terlalu khawatir sekali, asalkan negara segera mengendalikan penyebaran virus corona," katanya.

Sri Mulyani tetap memprediksi Indonesia bakal masuk ke jurang resesi, dengan diproyeksikan ekonomi triwulan III-2020 masih minus.

"Kemenkeu yang tadinya melihat ekonomi kuartal III minus 1,1% hingga positif 0,2%, dan yang terbaru per September 2020 ini minus 2,9% sampai minus 1,0%. Negatif teritori pada kuartal III ini akan berlangsung di kuartal IV. Namun kita usahakan dekati nol," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita September, Selasa (22/9/2020).


(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Masih Resesi, Ternyata Pengusaha Tak Kaget Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular