
Ekonomi RI Masih Resesi, Pengusaha Sudah Duga Sejak Awal

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2021 masih negatif 0,74% yoy seperti yang dilaporkan Badan Pusat Statistik. Pengusaha sudah melihat memang masih berat Indonesia dapat tumbuh positif pada periode tersebut.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Shinta Kamdani mengatakan, ini sesuai dengan prediksi pihaknya sejak lama, walaupun ada perbaikan kinerja di Q4 2020 tapi situasi riil masih terkontraksi.
"Sesuai estimasi kami Q1 kontraksi minus 1% jadi 0,74% itu sesuai estimasi kami, ini karena situasi riil di Q1 2021 ini terutama manufaktur, logistic, perdagangan ritel masih ada kontraksi," jelasnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (5/5/2021).
Shinta memberi gambaran secara umum memang produksi manufaktur meningkat signifikan pada bulan Maret dibanding bulan bulan sebelumnya. Hal ini didorong dari sektor otomotif secara riil menunjukkan perbaikan karena ada kebijakan pengurangan PPnBM. Namun, itu dinilai belum cukup, karena konsumsi dari kelas menengah belum belum kembali normal.
Dia mengutip data Gaikindo penjualan retail mobil naik 60% atau 77 ribu unit dibanding bulan sebelumnya. Sehingga produksi mobil pada Maret naik juga sekitar 30% dibanding bulan sebelumnya.
"Pengusaha manufaktur yang belum terlihat pertumbuhannya seperti tekstil, sepatu, elektronik, karena masih sangat tergantung dalam pasar dalam negeri, ada perbaikan tapi belum cukup. Manufaktur lain butuh stimulus seperti PPnBM,"jelasnya.
Shinta mengatakan kunci pemulihan ekonomi itu dari kepercayaan diri konsumsi kelas menengah juga normalisasi kinerja ekonomi sektor riil/informal. Adanya pandemi saat ini masih menjadi masalah utama ekonomi Indonesia tumbuh, dimana mobilisasi masyarakat juga masih terbatas.
"Stimulus ini penting beberapa yang membantu seperti PPnBM mobil, juga hotel untuk karantina meningkatkan okupansi, relaksasi ekspor, stimulus pada restrukturisasi kredit juga modal kerja. POJK (peraturan otoritas jasa keuangan) 11, POJK 14, keringanan pajak, beban listrik itu membantu,"jelasnya.
CEO Sintesa Group ini melihat pada kuartal II ekonomi Indonesia optimistis selama pengendalian Covid - 19 masih bisa dilakukan. Daya beli dan produktivitas juga mulai ada tanda - tanda naik walaupun belum. Normal. Ekonomi global juga sudah membaik khususnya Amerika dan China yang menjadi pasar utama ekspor komoditas asal Indonesia.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article RI Masih Resesi, Ternyata Pengusaha Tak Kaget Lagi!