Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih jauh dari kata usai. Dalam dua hari terakhir, jumlah pasien baru mengalami kenaikan yang signifikan.
Kemarin, jumlah pasien positif corona di Indonesia tercatat 244.676 orang. Bertambah 3.989 orang dibandingkan sehari sebelumnya.
Sehari sebelumnya, tambahan pasien baru mencapai 4.168 orang. Ini adalah rekor tertinggi sejak virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China itu mewabah di Tanah Air.
Dalam 14 hari terakhir (7-20 September), rata-rata pasien baru bertambah 3.612 orang per hari. Melonjak dibandingkan 14 hari sebelumnya yakni 2.898 orang.
Di level Asia Tenggara, jumlah kasus corona tertinggi memang masih dipegang oleh Filipina. Per kemarin, jumlah pasien positif corona di negara yang dipimpin Presiden Rodrigo Duterte itu adalah 286.743 orang.
Akan tetapi, ada kecenderungan kasus corona di Filipina relatif lebih terkendali. Dalam 14 hari terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 3.527 orang per hari, lebih rendah ketimbang Indonesia.
Tingkat kematian (mortality rate) akibat virus corona di Indonesia juga lumayan tinggi. Dengan jumlah pasien positif 244.676 orang di mana 9.553 orang meninggal dunia, maka mortality rate ada di 3,9%. Ini adalah yang tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara.
Mengapa pandemi virus corona di Ibu Pertiwi bisa begitu masif dan mematikan? Sebab, kita belum bisa memutus rantai penularan.
Penularan bisa dilihat dari tingkat reproduksi (Rt). Jika angkanya masih di atas 1, maka berarti seorang pasien positif berisiko menulari orang lain. Penularan masih terjadi, seperti yang dulu setiap hari disampaikan oleh Achmad Yurianto, mantan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19.
Mengutip data Bonza per 21 September pukul 09:14 WIB, hanya 12 dari 34 provinsi yang memiliki Rt di bawah 1. Artinya, penularan virus corona masih terjadi sebagian besar provinsi.
Sejak awal Juni lalu, pemerintah mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). 'Keran' aktivitas publik mulai dibuka, meski masih terbatas dan harus tunduk terhadap protokol kesehatan. Memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan.
Namun sepertinya kepatuhan masyarakat dalam menjaga jarak cukup rendah. Social Distancing Index keluaran Citi bisa menjadi gambaran bagaimana kepatuhan warga dalam menjaga jarak. Jika angkanya semakin dekat dengan nol, maka warga semakin tidak berjarak, semakin dekat, semakin tidak patuh protokol kesehatan.
Tren skor Social Distancing Index Indonesia cenderung semakin dekat dengan nol. Pada 25 Mei, angkanya masih -25 dan pada 11 September tinggal -13.
Di mana saja terjadi penumpukan jumlah orang? Ada dua tempat, pertama adalah perbelanjaan ritel dan rekreasi, kedua tempat penjualan kebutuhan sehari-hari (groceries) dan toko obat.
Per 11 Mei, pengunjung di tempat belanja ritel dan lokasi rekresasi sudah sama seperti hari-hari biasa. Di groceries dan toko obat malah sudah 3% di atas kondisi normal.
 Citi |
Pemerintah memang sudah mengendurkan PSBB. Berbagai aktivitas dan tempat yang semula 'dikunci' total sudah dibuka kembali, meski terbatas. Indonesia memasuki era normal baru (new normal), hidup berdampingan dengan virus corona sehingga harus diiringi dengan penerapan protokol kesehatan.
Misalnya, pusat perbelanjaan alias mal sudah boleh beroperasi. Namun dibatasi, maksimal pengunjung yang datang hanya boleh 50% dari kapasitas.
So, kalau ternyata keramaian di tempat belanja ritel ternyata sudah sama seperti kondisi normal itu namanya apa? Protokol kesehatan tidak ditegakkan. Pembatasan pengunjung maksimal 50% tidak diterapkan, karena nyatanya yang datang sudah sama seperti hari biasa.
Pemerintah hanya bisa membuat aturan, dan penegakannya pun pasti ada batasnya. Oleh karena itu, kepatuhan akan protokol kesehatan demi mempersempit ruang gerak virus corona menjadi tanggung jawab masing-masing individu. Kesadaran menjaga jarak, memakai masker, dan rajin mencuci tangan menjadi kunci untuk menjinakkan pagebluk virus corona yang sekarang rasanya sedang ganas-ganasnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA