Jakarta, CNBC Indonesia - Selepas pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), aktivitas masyarakat di luar rumah meningkat tajam. Ini menyebabkan lonjakan kasus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19), yang dalam beberapa waktu terakhir bertambah lebih dari 3.000 per hari.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data perubahan mobilitas penduduk per Agustus 2020. Terlihat bahwa sejak pelonggaran PSBB pada Juni, masyarakat semakin sedikit yang #dirumahaja.
BPS menggunakan periode 3-6 Januari sebagai kondisi normal (=100). Pada Agustus, aktivitas masyarakat di dalam rumah tinggal 10,4% dua bawah normal. Jauh berkurang dibandingkan kondisi puncak yaitu pada Mei.
Kala semakin banyak yang meninggalkan rumah, otomatis terjadi peningkatan aktivitas di tempat-tempat lai. Misalnya di tempat belanja kebutuhan sehari-hari (groceries).
Pada April, saat PSBB sedang ketat-ketatnya, kegiatan masyarakat di groceries turun drastis, 21,1% di bawah normal. Pada Agustus, masyarakat sudah kembali mengunjungi groceries, sekarang sudah hampir sama dengan hari-hari biasa.
Lokasi yang juga sudah mulai dipadati warga adalah taman. Pada Agustus, pengunjung taman sudah tinggal 5% di bawah normal. Padahal pada April begitu sepi, 36,8% di bawah normal.
"Terjadi peningkatan mobilitas masyarakat di taman pada 17 Agustus 2020, meskipun ada upaya untuk meniadakan kegiatan perayaan kemerdekaan," tulis laporan BPS.
Menariknya, pelonggaran PSBB tidak serta-merta membuat warga menyebu tempat pertokoan dan tempat rekreasi. Pada Agustus, kunjungan ke lokasi ini masih 12,8% di bawah normal.
"Secara umum, mobilitas masyarakat di tempat perdagangan ritel dan rekreasi masih 12,8% di bawah baseline. Namun, tren mobilitas di tempat-tempat ini menuju normal," sebut laporan BPS.
Di tempat transit transportasi umum (stasiun, terminal, halte, bandara, pelabuhan, dan sebagainya), mobilitas warga juga masih tertahan. Per Agustus, kunjungan warga ke lokasi transit masih 32,3% di bawah hari biasa. Bahkan kalau hari kerja (weekdays), bisa sampai 37% di bawah normal.
Sepertinya ini ada hubungan dengan mobilitas masyarakat di tempat kerja. Meski sudah ada pelonggaran PSBB, sebagian masyarakat belum kembali ke kantor dan masih bekerja di rumah (Work from Home/WfH). Pada Agustus, aktivitas di tempat kerja masih 21,6% di bawah normal. Bahkan lebih sepi ketimbang bulan sebelumnya yaitu 20% di bawah hari biasa.
Meski kegiatan masyarakat di luar rumah masih relatif terbatas, tetapi yang pasti ada peningkatan ketimbang saat PSBB pada April-Mei. Tingginya intensitas dan kontak antar-manusia, apalagi dalam jarak dekat, menyebabkan virus corona lebih mudah menyebar.
Per 14 September, jumlah pasien positif corona di Indonesia adalah 221.523 orang. Bertambah 3.141 orang (1,44%) dibandingkan posisi hari sebelumnya. Dalam 13 hari terakhir, tambahan pasien baru selalu lebih dari 3.000 per hari.
Secara mingguan, kenaikan jumlah pasien terus dalam tren meningkat. Dalam sepekan terakhir, jumlah pasien positif corona di Indonesia bertambah 24.273 orang. Ini menjadi yang tertinggi di negara-negara ASEAN-5.
Perkembangan ini membuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk kembali mengetatkan PSBB. Misalnya, jumlah pegawai pemerintahan yang boleh ke kantor dibatasi maksimal 25% dari sebelumnya 50%.
Kemudian sejumlah lokasi yang awalnya boleh dibuka dengan kapasitas maksimal 50% kini ditutup lagi. Misalnya tempat rekreasi dan taman.
Lalu dalam hal mobilitas warga, mobil pribadi hanya boleh mengangkut maksimal dua orang per baris, kecuali bila berdomisili di alamat yang sama. Berubah dibandingkan saat PSBB transisi yang pokoknya 50%. Sedangkan kapasitas transportasi umum di darat dibatasi maksimal 50%, lebih sedikit dibandingkan sebelumnya yaitu 70%.
Pemerintah juga akan lebih tegas dalam menindak pelanggar PSBB. Mereka yang kedapatan tidak menggunakan masker di ruang publik akan didenda Rp 250.000. Denda akan bersifat progresif, semakin tinggi jika semakin sering dilanggar.
 Presentasi Gubernur DKI Anies Baswedan |
PSBB yang diperketat ini rencananya berlaku selama dua pekan. Namun jika situasi belum membaik, maka bukan tidak mungkin akan diperpanjang. Bahkan bisa saja lebih ketat lagi.
Jadi selama virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini masih berkeliaran, masyarakat tidak akan bisa hidup tenang. Aktivitas tidak bisa sebebas dulu, selalu ada batasan di sana-sini. Otomatis laju roda ekonomi pun sulit dipacu lebih kencang.
TIM RISET CNBC INDONESIA