
Tolong Pak Jokowi, Eksportir Butuh Suntikan Likuiditas Nih

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu hal yang krusial dialami dunia usaha saat ini terutama pelaku eksportir adalah bantuan likuiditas untuk para eksportir. Kinerja ekspor menjadi kunci penting untuk mendongkrak ekonomi Indonesia di tengah ancaman resesi.
Di lapangan banyak eksportir Indonesia mengalami kesulitan akibat banyak negara yang memilih untuk menyeleksi ketat bahkan menutup diri dengan dunia luar. Pemerintah harus ikut andil dalam menyelesaikan kendala ini.
"Negara yang diekspor belum tentu mau menerima. Lagi susah juga, mereka problemnya likuiditas. Misal tekstil Pak Ade Sudrajat (Mantan Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia) bilang mereka (negara pemesan) minta bayar belakangan. Tapi kita (eksportir) nggak sanggup. Dulu kan begitu dikirim lalu langsung dibayar. Sekarang nggak mau bayar, prinsipnya di likuiditas," ungkap Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) bidang Perindustrian Johnny Darmawan kepada CNBC Indonesia, Selasa (8/9).
Pemerintah sebagai penentu kebijakan bisa ambil andil dalam masalah ini. Jika memungkinkan, bisa saja ada diskon khusus pajak yang diberikan demi memudahkan, juga termasuk insentif bagi dunia usaha, agar ada modal kerja agar likuiditas mereka tak kering.
"Mungkin ekspor dibebaskan apanya. Pokoknya kemudahan untuk ekspor agar uangnya bisa dapat duluan," jelasnya.
Poin kemudahan untuk likuiditas ini disebut Johnny sudah diajukan kepada Presiden Joko Widodo, tujuannya agar transaksi banyak menemui kemudahan dan eksportir tetap kuat di tengah pandemi covid-19.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekspor Indonesia pada Juli 2020 mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif. Penurunan harga sejumlah komoditas menjadi biang keladi penurunan kinerja ekspor. Apalagi, nilai ekspor juga turun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY) sebesar -9,9%.
"Harga minyak mentah Indonesia pada Juni ke Juli naik 10,8%, meskipun dibandingkan Juli 2019 turun cukup dalam yaitu -33,72%. Harga karet YoY masih turun 11,05%. Batu bara month-to-month turun tipis -1,24%, YoY turun tajam sekali -28,47%," kata Suhariyanto, Kepala BPS.
(hoi/hoi)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Waduh! Eksportir Pusing, Tiba-Tiba Kontainer Langka