Internasional

Mengejutkan! Kim Jong Un Disebut Dewa & Bisa Baca Pikiran

Thea Fathanah Arbar, CNBC Indonesia
07 September 2020 17:16
ADDING CITY - In this Friday, May 1, 2020, photo provided by the North Korean government, North Korean leader Kim Jong Un, center, visits a fertilizer factory in Sunchon, South Pyongan province, near Pyongyang, North Korea. Kim made his first public appearance in 20 days as he celebrated the completion of the fertilizer factory, state media said Saturday, May 2, 2020, ending an absence that had triggered global rumors that he may be seriously ill.  Independent journalists were not given access to cover the event depicted in this image distributed by the North Korean government. The content of this image is as provided and cannot be independently verified. Korean language watermark on image as provided by source reads:
Foto: Kim Jong Un (Korean Central News Agency/Korea News Service via AP)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kehidupan di Korea Utara (Korut) ternyata cukup mengejutkan. Sebagaimana ditulis New York Post, Pemimpin Kim Jong Un, bahkan dianggap sebagai dewa di negeri itu.

Hal ini terungkap dari cerita seorang pembelot yang menggambarkan bagaimana kehidupannya saat berada di negara tersebut. Ia berujar hanya Kim Jong Un yang berhak dipuja dan disembah di sana.



Selama tinggal di sana, Park mengklaim tak mengenal konsep cinta atau persahabatan. Kedua orangtuanya juga tidak pernah mengatakan padanya bahwa mereka mencintainya.

Park juga mengaku sudah terbiasa melihat orang sekarat karena kelaparan di jalanan. Mereka juga hidup tanpa listrik dan keluarganya tumbuh berkembang dalam kegelapan total.

"Apa yang perlu Anda ketahui tentang Korut adalah tidak seperti negara lain seperti Iran atau Kuba. Di negara-negara itu, Anda memiliki pemahaman bahwa mereka tidak normal, mereka terisolasi dan orang-orangnya tidak aman," kata Park, sebagaimana dikutip dari New York Post, Senin (7/9/2020).

"Tapi Korut telah dibersihkan sepenuhnya ... Ketika saya tumbuh besar di sana, saya tidak tahu bahwa saya terisolasi, saya tidak tahu bahwa saya sedang berdoa kepada seorang diktator."



Sebagai anak-anak, Park dan saudara perempuannya selalu diajari bahwa mendiang pemimpin tertinggi Kim Jong Il, dan putranya Kim Jong Un adalah dewa yang memiliki kekuatan untuk membaca pikiran orang. Ini membuat warga biasa terlalu takut untuk berbicara atau berpikir buruk mengenai mereka.

Selain itu, Park mengatakan ia tumbuh besar dengan memakan serangga untuk bertahan hidup. Baik paman dan neneknya meninggal karena kekurangan gizi.

"Kelaparan di Korut adalah kelaparan sistematis oleh negara yang memilih untuk membuat kita kelaparan," klaimnya.

Park adalah satu dari beberapa ratus pembelot Korut yang melarikan diri ke Amerika Serikat (AS). Park, yang kini merupakan seorang aktivis hak asasi manusia basis Chicago, dan ibunya melarikan diri pada tahun 2007 saat dia baru berusia 13 tahun.

Dengan bantuan misionaris Kristen, Park dan ibunya melarikan diri ke Mongolia, melintasi Gurun Gobi dan akhirnya mencari perlindungan di Korea Selatan (Korsel). Di sana ia kembali dipersatukan kembali dengan saudara perempuannya, yang lebih dulu melarikan diri.

Park melanjutkan pendidikannya di Seoul sebelum pindah pada tahun 2014 ke Kota New York, di mana dia mulai berbicara menentang rezim Kim Jong Un, dengan risiko besar terhadap keselamatannya sendiri. Banyak kerabatnya telah menghilang.

"Saya tidak tahu apakah mereka telah dieksekusi atau dikirim ke kamp penjara, jadi saya masih belum bebas. Bahkan setelah saya melalui semua itu untuk bebas, saya tidak bebas menjadi diktator di sana. Jadi itu hal yang sangat emosional bagi saya," katanya.


(sef/sef)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Korut Hukum Mati karena Sekolah Online, Ini Fakta Lainnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular