Abenomics: Dibangun 8 Tahun, Roboh dalam 'Semalam'

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
30 August 2020 12:21
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe . (AP/Manuel Balce Ceneta)
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (AP/Manuel Balce Ceneta)

Butuh bertahun-tahun bagi Abe dan para personel di pemerintahannya untuk mencapai berbagai prestasi tersebut. Namun pencapaian itu kini seakan lenyap, hilang dalam waktu 'semalam'.

Penyebabnya apa lagi kalau bukan pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Seperti di negara-negara lain, wabah virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini coba diredam dengan pembatasan sosial (social distancing).

Pada pertengahan Mei, pemerintahan Abe memberlakukan kondisi darurat nasional. Melalui kebijakan ini, pemerintah meminta masyarakat sebisa mungkin untuk #dirumahaja. Bukan apa-apa, penularan virus memang menjadi jauh lebih mudah saat terjadi peningkatan intensitas kontak dan interaksi antar manusia.

Pembatasan sosial membuat dua sisi ekonomi, produksi dan permintaan, anjlok bersamaan. Kasus corona boleh terkendali, tetapi harus dibayar dengan harga yang sangat mahal yaitu penyusutan ekonomi.

Pada kuartal II-2020, ekonomi Jepang terkontraksi -7,82% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY). Jauh lebih dalam ketimbang kontraksi pada kuartal sebelumnya yaitu -0,62% YoY sekaligus menjadi yang terparah sejak 1979.

Sedangkan secara kuartalan yang disetahunkan (annualized), ekonomi Jepang menyusut -27,8%. Ini menjadi kontraksi paling dalam sepanjang sejarah modern Jepang.

Ekonomi Negeri Sakura sudah berada di teritori negatif sejak kuartal IV-2019. Jadi Jepang bukan hanya resesi, tetapi terisap lebih dalam di lumpur resesi.

Angka pengangguran pun melonjak. Pada Mei 2020, tingkat pengangguran berada di 2,9%, tertinggi sejak Mei 2017.

Demi menyelamatkan rakyat dan ekonomi, pemerintah Jepang menggelontorkan stimulus fiskal dalam jumlah besar yaitu mencapai lebih dari 20% terhadap PDB. Saat penerimaan pajak lesu, tambahan belanja negara harus didanai dari utang.

Ini menyebabkan rasio utang pemerintah Jepang terhadap PDB melonjak. Per Juni 2020, angkanya mencapai 214,35%, tertinggi dalam sejarah modern Jepang.

Pagebluk virus corona membuat apa yang dibangun oleh Abe selama bertahun-tahun lenyap begitu saja. Lebih menyedihkan lagi, pasti bakal butuh waktu lama bagi Jepang untuk mencapai apa yang sudah ditorehkan Abe.

"Pandemi sepertinya akan membuat ekonomi Jepang terkontraksi lebih dalam. Dengan warisan Abenomics yang sekarang sudah hilang, tidak ada tingkat sihir yang bisa membenahi derita Jepang," kata Yoshiki Shinke, Kepala Ekonom Dai-Ichi Research Institute, seperti dikutip dari Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/roy)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular