
Wah Industri Batubara Bakal Ketinggalan Kereta Nih Kalau.....

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia kini dinilai mengalami tren perpindahan komoditas primadona dari sebelumnya batubara kini menjadi nikel.
Hal tersebut diungkapkan Peneliti Alpha Research Database Indonesia, Ferdinandus Hasiman saat diwawancara CNBC Indonesia TV, kemarin, Rabu (19/08/2020).
Menurutnya hal ini terjadi karena pemerintah tengah giat mendorong peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke listrik. Bila pemerintah tidak memperbaiki tatakelola dan industri hilirisasi batubara, maka lambat laun menurutnya batubara akan ditinggalkan.
"Menko Maritim berikan pekerjaan rumah ke Dirjen Minerba baru. Kalau perusahaan batubara tidak berubah, ya saya rasa susah," paparnya dalam wawancara bersama dengan CNBC Indonesia, Rabu, (19/08/2020).
Panmdemi corona membuat konsumsi energi turun yang berdampak pada turunya serapan batubara untuk kebutuhan energi. Belum lagi ditambah dengan negara-negara maju yang mulai beralih ke energi bersih, yang artinya konsumsi batubara akan semakin menurun.
Hilirisasi ini, imbuhnya, juga menjadi salah satu syarat bagi perusahaan tambang yang akan habis kontraknya meski dalam UU No. 3 Tahun 2020 Pasal 169 A dan Pasal 169 B sudah disebutkan ada kepastian untuk perpanjangan.
"Statement Kementerian ESDM ini perpanjangan tidak otomatis, tapi ada syarat yang harus dipenuhi, seperti bangun pabrik pengolahan dalam negeri. Saya kira untuk batubara perlu bangun industri gasifikasi," tuturnya.
Hilirisasi ini menjadi harapan baru bagi industri batubara, di mana perlu ada pemikiran yang revolusioner menuju pengolahan. Menurutnya jika perusahaan batubara tidak melakukan ini, maka akan ketinggalan kereta.
"Perusahaan batubara tidak lakukan ini, maka akan ketinggalan kereta, apalagi di tengah harga batu bara naik dan turun. Perusahaan batubara harus berpikir masa depan," paparnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, industri pengolahan menjadi momen kebangkitan, meski dampaknya baru bisa dirasakan 3-5 tahun mendatang. Selama ini gas untuk Liquid Petroleum Gas (LPG) masih impor sebanyak 70%, jika gasifikasi ini berjalan lancar ini akan menjadi harapan baru.
"Jika gasifikasi berjalan mulus ini harapan baru. Ke depan, industri batubara ada dampak signifikan, baik pada penerimaan negara maupun penurunan defisit APBN," jelasnya. (*)
(wia)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wah, Arutmin Ngarep Dapat Perpanjang Izin Tambang Bulan ini