Jakarta, CNBC Indonesia - Penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) di Indonesia masih mengkhawatirkan. Ada tren laju penularan virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini malah semakin cepat.
Per 18 Agustus 2020, jumlah pasien positif corona di Tanah Air adalah 143.043 orang. Bertambah 1.673 orang (1,18%) dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Secara nominal, rata-rata tambahan pasien baru selama 14 hari terakhir (5-18 Agustus) adalah 1.999,07 orang per hari. Naik dibandingkan 14 hari sebelumnya yaitu 1.799,07 orang per hari.
Ke depan, penyebaran virus corona sepertinya belum akan melambat. Sebab, tingkat reproduksi (Rt) virus corona di banyak provinsi masih di atas satu. Artinya, seorang pasien positif corona berisiko menulari satu atau lebih orang lainnya. Rantai penularan belum terputus selagi Rt belum bisa ditekan ke bawah satu.
Mengutip data Bonza per 18 Agustus pukul 09:15 WIB, terdapat 17 dari 34 provinsi dengan Rt di bawah satu. Separuh lagi punya Rt satu atau lebih dari satu.
Hal yang juga mencemaskan adalah dua provinsi dengan kasus corona tertinggi, DKI Jakarta dan Jawa Timur, miliki Rt lebih dari satu. Dengan populasi yang besar dan padat, risiko penularan dua provinsi tersebut menjadi sangat tinggi.
Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya lonjakan kasus corona adalah peningkatan intensitas interaksi dan kontak antar-manusia. Pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan ketat sejak akhir Maret, tetapi kemudian dilonggarkan mulai awal Juni.
Warga yang selama berbulan-bulan 'terpenjara' di rumah kini mulai bisa beraktivitas, meski tetap didampingi protokol kesehatan. Semakin banyaknya warga yang keluar rumah memunculkan risiko penumpukan manusia di berbagai lokasi, yang membuat virus corona lebih mudah menyebar.
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan kompilasi aktivitas masyarakat yang diolah berdasarkan sumber Google Mobility Report. Hasilnya bisa ditebak, kegiatan di dalam rumah terus berkurang dan di luar rumah meningkat.
Di tempat belanja kebutuhan sehari-hari (groceries), misalnya, pada April jumlah pengunjung yang datang masih 21,1% di bawah normal. Pada Juli, jumlah pengunjung semakin banyak dan tingkat kepadatan tinggal 2,6% di bawah hari biasa.
"Sebelum Idul Adha, kegiatan di tempat belanja kebutuhan sehari-hari mengalami peningkatan. Fenomena ini sangat mirip dengan pola belanja masyarakat menjelang Idul Fitri," sebut laporan BPS.
Sementara di rumah, warga menghabiskan waktu 17% lebih banyak ketimbang situasi normal pada Mei. Saat itu memang merupakan puncak Work from Home (WfH). Namun pada Juli, angkanya turun menjadi 11,4%.
Well, memang cepat atau lambat 'keran' aktivitas publik harus dibuka kembali. Sebab kalau terus-menerus meminta warga untuk #dirumahaja, ekonomi tidak akan bergerak dan menimbulkan komplikasi yang tidak kalah berat. Pengangguran dan kemiskinan bertambah, kerentanan sosial meningkat.
Virus corona akan terus di sini selagi belum ada vaksin atau obat yang manjur bin cespleng. Sampai vaksin atau obat belum tersedia, sepertinya kita memang harus hidup berdampingan dan mencoba berdamai dengan virus corona.
Namun sayang, virus corona sepertinya tidak mau diajak berdamai...
TIM RISET CNBC INDONESIA