
Dibantu Intel Rusia di Pilpres AS, Trump: Saya Gak Peduli!

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden AS Donald Trump mengabaikan adanya peringatan intelijen terbaru pada Jumat lalu (7/8/2020) yang menyebutkan bahwa intel Rusia tengah berupaya agar Trump terpilih kembali pada Pilpres AS 3 November mendatang dengan "merendahkan" calon presiden dari Demokrat, Joe Biden.
"Saya tidak peduli apa yang orang lain katakan," tegas Trump menanggapi informasi baru tersebut, dikutip Huffpost, Sabtu (8/8/2020).
Kremlin menggunakan "berbagai tindakan" untuk "merendahkan" dan "melemahkan" Biden saat pejabat Rusia bermanuver lagi untuk ikut campur dalam pemilihan presiden AS, kata William Evanina, Direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional (National Counterintelligence and Security Center), dalam sebuah pernyataan yang dirilis Jumat.
Tak hanya itu, pihak intel yang terkait dengan Kremlin juga berusaha untuk meningkatkan pencalonan Presiden Trump di media sosial dan televisi Rusia.
Evanina juga memperingatkan bahwa anggota parlemen Ukraina pro-Rusia Andriy Derkach, putra mantan perwira badan intelijen Rusia, KGB, "menyebarkan klaim tentang korupsi, termasuk melalui publikasi panggilan telepon yang bocor, untuk melemahkan pencalonan Biden dan Partai Demokrat.
Derkach telah bertemu dengan pengacara pribadi Trump Rudy Giuliani, dan keduanya sering berbicara. Derkach juga dilaporkan memberikan informasi kepada Senator Chuck Grassley (Partai Republik-Iowa) dan Senator Ron Johnson (Partai Republik-Wisconsin).
Ketika ditanya oleh seorang reporter tentang pernyataan Evanina, di resor golf Bedminster di New Jersey, Trump menjawab: "Saya pikir orang terakhir yang ingin dilihat Rusia di kantor adalah Donald Trump, karena tidak ada yang lebih tangguh di Rusia, selamanya."
"Saya tidak peduli apa yang orang lain katakan," tambahnya.
"Tak seorang pun dengan akal sehat akan mengatakan ... lihat apa yang kami lakukan dengan militer kami ... lihat semua hal yang telah kami lakukan dengan NATO, di mana saya telah mengumpulkan US$ 130 miliar setahun dari negara-negara yang nakal dan sekarang mereka membayar semua uang ini ... itu semua uang untuk melindungi dari Rusia."
Penolakan Trump untuk menghukum Rusia karena tindakan anti-Amerika saat ini sebetulnya terus membingungkan pengamat.
Trump mengatakan dia yakin penolakan Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden 2016, meskipun komunitas intelijen AS telah menyimpulkan bahwa hal itu dilakukan dengan "cara yang sistematis dan menyeluruh" untuk mempengaruhi pemungutan suara demi kepentingan Trump.
Presiden Trump juga baru-baru ini batal mengambil tindakan untuk menghukum Rusia menyusul pengungkapan bahwa negara itu membayar hadiah kepada anggota milisi terkait Taliban untuk membunuh tentara Amerika di Afghanistan.
Dia bahkan enggan mengangkat masalah ini dalam perbincangan baru-baru ini dengan Putin.
Pernyataan Evanina pada hari Jumat juga mencatat bahwa China tidak ingin Trump yang "tidak dapat diprediksi" terpilih kembali.
(tas/tas)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Masih Ngotot Jadi Presiden, Demo Liar Ancam Washington